Unang Magopo Panjoloonmuna
di Asi ni Roha ni Debata
Tidak Menyia-nyiakan Kasih Karunia Allah
(2 Korintus 6:
1-13)
Saudara-i
yang terkasih dalam nama Yesus Kristus !
Untuk memahami
dan mengerti nats ini terlebih dahulu kita harus melihat sejenak sejarah dan
latarbelakang nats ini. Surat II Korintus ini merupakan Surat Rasul Paulus Yang
Kedua Kepada Jemaat di Korintus. Surat ini ditulis pada masa-masa yang sulit
dimana hubungan Paulus dengan jemaat itu penuh kecurigaan. Hal ini disebabkan
karena Ada anggota-anggota dari jemaat itu sendiri yang rupanya telah menyerang
Paulus dengan sembunyi-sembunyi dari belakang. Mereka memberitakan kabar buruk
yang tidak baik dan tidak benar tentang Paulus. Meskipun demikian Paulus
menunjukkan bahwa ia ingin sekali berbaik hati, Paulus ingin mengklarifikasi;
meluruskan apa yang sebenarnya dan sejujurnya. Satu hal yang luar biasa, Ia
memperlihatkan kegembiraannya ketika hal itu terjadi. Di saat penderitaan pun
ia tetap bersukacita untuk melayani.
Sebelumnya
Paulus telah menguraikan tentang hubungannya dengan jemaat di Korintus. Di situ
Ia menjelaskan mengapa ia mengecam dengan keras perlawanan dan celaan terhadap
dirinya yang dilakukan oleh jemaat itu. Setelah mengemukakan hal itu,
selanjutnya ia menyatakan kegembiraannya bahwa kecamannya yang keras itu sudah
menghasilkan pertobatan dan kerukunan. Kemudian ia mengajak supaya jemaat itu
supaya tetap berpikiran positif terhadap pelayanan. Nats ini boleh dikatakan
sebagai pembelaan diri yang dibuat oleh Paulus mengenai kedudukannya sebagai
rasul terhadap beberapa orang di Korintus yang mengalami goncangan
ketidakpercayaan karena ajaran-ajaran sesat. Paulus dengan tegas menghadapi kecaman-kecaman yang datang
dan yang telah mencaci maki pelayanannya. Melalui surat ini Paulus ingin
menentang rasul-rasul palsu yang terus-menerus berbicara tentang dia, dan
mengingatkan jemaat yang dipengaruhi supaya tetap di jalan kebenaran.
Saudara-i yang terkasih dalam nama Yesus Kristus ! Apa
pelajaran yang dapat kita peroleh dari Kisah Paulus tersebut? Mengikuti cerita
penginjilan Paulus, Kita
dapat merasakan perjuangannya dalam memberitakan injil, kebanggaannya menderita
untuk menyatakan kebenaran, kesabarannya mengajar bagi orang-orang yang baru
bertobat di Korintus. Paulus inilah contoh pelayan yang luar biasa: 1) Ia
memiliki integritas dan kredibilitas. 2) Tidak menjadi batu
sandungan atau partuktuhan bagi orang
lain. 3) Mampu bertahan dalam kesulitan tetapi Paulus tetap sabar, murah hati,
dan selalu mengandalkan Tuhan.
Refleksi:
Saudara-i nats ini masih sangat relevan pada masa kini,
pelayan juga mempunyai pergumulan. Kalau Band Serius mempunyai lagu dan istilah
‘Rocker juga manusia’ maka dalam konteks kita dapat disebut ‘Pelayan juga
manusia’. Ada juga istilah yang mengatakan ‘Tidak ada gading yang tak retak’
yang bermakna Tidak ada manusia yang sempurna; tidak ada manusia yang tidak
pernah melakukan kesalahan. Oleh karena itu manusia, sesama manusia harus mau,
harus mampu mengampuni kesalahan orang lain. Kuasa Tuhan jangan dibatasi, kuasa
Tuhan juga bekerja dalam kelemahan manusiawi. Segala pelayanan harus kita
terima di dalam Kristus dan untuk kemuliaan Kristus dan bukan untuk kepentingan
pribadi. Untuk melayani Tuhan harus ikhlas, melayani untuk Tuhan berarti
Tuhanlah yang memampukan pelayannya. Sebaliknya ketika Tuhan memberikan
kemampuan kepada umatNya untuk melayani maka melayanilah dengan baik.
Saudara-i,
menjadi pelayan tidak selamanya tenang-tenang, pelayan juga harus siap
berkorban, karena pelayan mempunyai resikonya sendiri:
Ada
ungkapan-ungkapan terhadap pelayan: “Kalau ia muda sering dipandang kurang
berpengalaman Tetapi bila sudah berumur, ia dianggap terlalu tua. Bila aktif
dituduh mau menonjolkan diri Bila tidak aktif, dianggap tidak peduli Kalau ia
menyenangkan hati semua orang, bisa jadi disebut penjilat. Kalau ia berterus
terang, dianggap menyinggung perasaan. Kalau khotbahnya panjang, membuat orang
mengantuk Kalau khotbahnya pendek, dianggap Pengkotbah malas. Jadi bagaimana mestinya seorang pelayan
itu? Harus bijaksana seperti Salomo Kuat seperti burung rajawali Rendah
hati seperti merpati. Itulah pelayan”.
Oleh karena itu, kita dapat mengerti seperti apakah
contoh-contoh atau kriteria Hamba Tuhan atau pelayan Tuhan yang baik itu? 1) Hamba Tuhan bekerja untuk
kemuliaan Tuhan bukan untuk kemuliaan diri sendiri, bukan untuk mencari nama
pribadi. 2) Responlah pelayanan itu
dengan positif thingking. Jangan mudah diombangambingkan pengajar-pengajar
sesat angka pamola 3) Pusat Pelayanan
bukan hanya parhalado tetapi juga jemaat, oleh karena itu Layanilah Tuhan
dengan Tulus ikhlas, jangan bersungut-sungut, jangan banding-bandingkan dengan
orang lain, tetapi kembangkanlah pelayananmu mulai dari hal yang kecil sesuai
dengan kemampuanmu. Jangan iri dengan pelayanan orang lain, kalau memang
pelayanan itu bagus, ya mari kita dukung. Terkadang yang buat susah itu sudah
baik tetapi hinaan atau ejekan itu selalu datang.
Saudara/i dalam
Yesus Kristus, sebagai penutup saya ingatkan
sebuah kutipan dari Seorang Mantan Ompui Ephorus Justin Sihombing yang
mengatakan: “Ngolumi do jamitamu, jamitamu do ngolumu” artinya: “Hidupmu adalah
kotbahmu, kotbahmu adalah hidupmu”. Oleh karena itu percayalah semua terpanggil
untuk melayani Tuhan. AMEN
Tidak ada komentar:
Posting Komentar