11 Juli 2024

Tidak Menyia-nyiakan Kasih Karunia Allah (2 Korintus 6: 1-13)

 

Unang Magopo Panjoloonmuna di Asi ni Roha ni Debata

Tidak Menyia-nyiakan Kasih Karunia Allah

(2 Korintus 6: 1-13)

 

Saudara-i yang terkasih dalam nama Yesus Kristus !

Untuk memahami dan mengerti nats ini terlebih dahulu kita harus melihat sejenak sejarah dan latarbelakang nats ini. Surat II Korintus ini merupakan Surat Rasul Paulus Yang Kedua Kepada Jemaat di Korintus. Surat ini ditulis pada masa-masa yang sulit dimana hubungan Paulus dengan jemaat itu penuh kecurigaan. Hal ini disebabkan karena Ada anggota-anggota dari jemaat itu sendiri yang rupanya telah menyerang Paulus dengan sembunyi-sembunyi dari belakang. Mereka memberitakan kabar buruk yang tidak baik dan tidak benar tentang Paulus. Meskipun demikian Paulus menunjukkan bahwa ia ingin sekali berbaik hati, Paulus ingin mengklarifikasi; meluruskan apa yang sebenarnya dan sejujurnya. Satu hal yang luar biasa, Ia memperlihatkan kegembiraannya ketika hal itu terjadi. Di saat penderitaan pun ia tetap bersukacita untuk melayani.

Sebelumnya Paulus telah menguraikan tentang hubungannya dengan jemaat di Korintus. Di situ Ia menjelaskan mengapa ia mengecam dengan keras perlawanan dan celaan terhadap dirinya yang dilakukan oleh jemaat itu. Setelah mengemukakan hal itu, selanjutnya ia menyatakan kegembiraannya bahwa kecamannya yang keras itu sudah menghasilkan pertobatan dan kerukunan. Kemudian ia mengajak supaya jemaat itu supaya tetap berpikiran positif terhadap pelayanan. Nats ini boleh dikatakan sebagai pembelaan diri yang dibuat oleh Paulus mengenai kedudukannya sebagai rasul terhadap beberapa orang di Korintus yang mengalami goncangan ketidakpercayaan karena ajaran-ajaran sesat. Paulus dengan tegas menghadapi kecaman-kecaman yang datang dan yang telah mencaci maki pelayanannya. Melalui surat ini Paulus ingin menentang rasul-rasul palsu yang terus-menerus berbicara tentang dia, dan mengingatkan jemaat yang dipengaruhi supaya tetap di jalan kebenaran.

Saudara-i yang terkasih dalam nama Yesus Kristus ! Apa pelajaran yang dapat kita peroleh dari Kisah Paulus tersebut? Mengikuti cerita penginjilan Paulus, Kita dapat merasakan perjuangannya dalam memberitakan injil, kebanggaannya menderita untuk menyatakan kebenaran, kesabarannya mengajar bagi orang-orang yang baru bertobat di Korintus. Paulus inilah contoh pelayan yang luar biasa: 1) Ia memiliki integritas dan kredibilitas. 2) Tidak menjadi batu sandungan atau partuktuhan bagi orang lain. 3) Mampu bertahan dalam kesulitan tetapi Paulus tetap sabar, murah hati, dan selalu mengandalkan Tuhan.

 

Refleksi:

Saudara-i nats ini masih sangat relevan pada masa kini, pelayan juga mempunyai pergumulan. Kalau Band Serius mempunyai lagu dan istilah ‘Rocker juga manusia’ maka dalam konteks kita dapat disebut ‘Pelayan juga manusia’. Ada juga istilah yang mengatakan ‘Tidak ada gading yang tak retak’ yang bermakna Tidak ada manusia yang sempurna; tidak ada manusia yang tidak pernah melakukan kesalahan. Oleh karena itu manusia, sesama manusia harus mau, harus mampu mengampuni kesalahan orang lain. Kuasa Tuhan jangan dibatasi, kuasa Tuhan juga bekerja dalam kelemahan manusiawi. Segala pelayanan harus kita terima di dalam Kristus dan untuk kemuliaan Kristus dan bukan untuk kepentingan pribadi. Untuk melayani Tuhan harus ikhlas, melayani untuk Tuhan berarti Tuhanlah yang memampukan pelayannya. Sebaliknya ketika Tuhan memberikan kemampuan kepada umatNya untuk melayani maka melayanilah dengan baik.

            Saudara-i, menjadi pelayan tidak selamanya tenang-tenang, pelayan juga harus siap berkorban, karena pelayan mempunyai resikonya sendiri:

Ada ungkapan-ungkapan terhadap pelayan: “Kalau ia muda sering dipandang kurang berpengalaman Tetapi bila sudah berumur, ia dianggap terlalu tua. Bila aktif dituduh mau menonjolkan diri Bila tidak aktif, dianggap tidak peduli Kalau ia menyenangkan hati semua orang, bisa jadi disebut penjilat. Kalau ia berterus terang, dianggap menyinggung perasaan. Kalau khotbahnya panjang, membuat orang mengantuk Kalau khotbahnya pendek, dianggap Pengkotbah malas. Jadi bagaimana mestinya seorang pelayan itu? Harus bijaksana seperti Salomo Kuat seperti burung rajawali Rendah hati seperti merpati. Itulah pelayan”.

Oleh karena itu, kita dapat mengerti seperti apakah contoh-contoh atau kriteria Hamba Tuhan atau pelayan Tuhan yang baik itu?             1) Hamba Tuhan bekerja untuk kemuliaan Tuhan bukan untuk kemuliaan diri sendiri, bukan untuk mencari nama pribadi.        2) Responlah pelayanan itu dengan positif thingking. Jangan mudah diombangambingkan pengajar-pengajar sesat angka pamola 3) Pusat Pelayanan bukan hanya parhalado tetapi juga jemaat, oleh karena itu Layanilah Tuhan dengan Tulus ikhlas, jangan bersungut-sungut, jangan banding-bandingkan dengan orang lain, tetapi kembangkanlah pelayananmu mulai dari hal yang kecil sesuai dengan kemampuanmu. Jangan iri dengan pelayanan orang lain, kalau memang pelayanan itu bagus, ya mari kita dukung. Terkadang yang buat susah itu sudah baik tetapi hinaan atau ejekan itu selalu datang.

Saudara/i dalam Yesus Kristus, sebagai penutup saya ingatkan sebuah kutipan dari Seorang Mantan Ompui Ephorus Justin Sihombing yang mengatakan: “Ngolumi do jamitamu, jamitamu do ngolumu” artinya: “Hidupmu adalah kotbahmu, kotbahmu adalah hidupmu”. Oleh karena itu percayalah semua terpanggil untuk melayani Tuhan. AMEN

Tidak ada komentar:

Posting Komentar