Mendengarkan
dan Menaati Nubuatan Tuhan (Amos 7:
7-15)
Amos berasal
dari kata Ibrani yaitu terbeban, atau pemikul beban. Boleh dikatakan ia adalah
nabi lintas daerah. Ia berasal dari Selatan tetapi pergi menyampaikan
kenabiannya ke Utara. Pemanggilan Amos cukup unik berbeda dengan panggilan
kepada nabi-mabi yang lain. Amos awalnya bukanlah seorang nabi, tetapi ia
adalah seorang penggembala. Namun ia dipanggil dan dipakai oleh Tuhan untuk
memperingatkan orang Israel.
Tugas
Amos juga sangat berat karena dalam hal ini ia harus mengkritik 3 hal.
Mengkritik dalam hal ini adalah untuk menyampaikan suara kebenaran dan bukan
untuk menjatuhkan. Pertama ia
mengkritik pimpinan negara / Raja yaitu raja Yerobeam, Kedua, ia mengkritik Imam Amazia yaitu nabi Istana yang hanya
mengabarkan kabar-kabar baik untuk Israel tetapi tidak menyampaikan suara
kebenaran. Ketiga, mengkritik suatu
bangsa yaitu bangsa Israel tetapi gaya hidup mereka yang selalu beribadah
tetapi penuh dengan penipuan.
1)
Jadi dalam hal ini ada
kritikan untuk pemerintahan atau sistem yang tidak baik, mereka ingin
menegakkan kembali kebenaran. Unang adong ama-ama na so tarpinsang, inaina na
so tarpinsang.
2)
Pergilah berkhotbah,
sampaikan suara kenabian atau kebenaran. Dalam hal ini kita bisa melihat 2 tipe
nabi, yaitu nabi Istana dan nabi Bait Suci. Ada nabi yang mencari keuntungan
sendiri (ABS), ada nabi yang dibenci karena mengatakan kebenaran.
3)
Ibadah harus berjalan
dengan kebenaran dan keadilan. Jangan ibadah tetapi tetap dalam keadaan
berbohong, nanti Tuhan marah.
4)
Jangan ada konspirasi
kejahatan. Jangan membela yang salah, katakan ya kalau ya katakan tidak kalau
tidak. Jangan yang benar disalahkan dan yang salah dibenarkan. Seorang pemimpin
harus jujur dan takut kepada Tuhan.
Amos adalah
nabi pertama dalam Alkitab yang pesannya dicatat secara terperinci. Ia berasal
dari sebuah kota di Yehuda atau Israel Selatan yaitu Tekoa, tetapi ia
berkhotbah kepada orang-orang Israel di kerajaan utara / Israel Utara sekitar
pertengahan abad kedelapan Sebelum Masehi.
Pada masa itu
banyak orang hidup makmur, ibadah dipentingkan, dan negeri Israel nampaknya
damai. Tapi Amos melihat bahwa yang mengecap kemakmuran hanyalah para hartawan
yang memperkaya diri dengan hasil penindasan dan ketidakadilan terhadap orang
miskin (bandingkan kapitalisme).
Orang menjalankan ibadah dengan hati yang tidak tulus, dan keadaan damai hanya
tampak dari luar tetapi di dalam banyak kekacauan (berarti dalam hal itu ada kemunafikan, ada kebohongan, ada yang harus
diperbaiki). Dengan berani dan penuh semangat, Amos menyampaikan pesan
bahwa Allah akan menghukum bangsa Israel. Amos menyerukan agar keadilan
"mengalir seperti air". Ia berkata, "Mungkin TUHAN akan
mengasihani orang-orang yang tersisa dari bangsa Israel" (5:15).
Mengatakan Keburukan
Orang Lain, Boleh ?
Ada
dua pertimbangan untuk mengatakan keburukan orang lain, jangan dan boleh.
Jangan mengatakan
orang lain jika :
·
Hanya demi kekurangan
itu sendiri
·
Untuk merendahkan dan
mempermalukan orang lain.
·
Memberi ’’cap’’
seolah-olah kekurangan itulah yang dominan dalam diri orang lain, padahal masih
banyak kebaikannya.
·
Karena kita cemburu
dan iri hati, dan lain-lain
Boleh mengatakan keburukan orang lain :
·
Sebagai pelajaran
bagaimana dampak sesuatu keburukan dalam kehidupan sekaligus mendorong komitmen
kita untuk bebas dari keburukan serupa.
·
Mendoakan beliau
supaya berubah.
·
Mencegah supaya
kekurangannya tidak menular dan berakibat buruk.
·
Menolak perbuatan
buruk orang lain dengan mengasihinya.
Sikap menghadapi orang yang mengatakan keburukan kita :
·
Menerimanya dengan
lapang dada dan ucapan syukur, kita harus memperlakukannya sebagai sahabat yang
memberi obat penyembuhan.
·
Tidak perlu
mempersoalkan apa motivasi orang itu mengungkapkan keburukan itu.
·
Tidak perlu mencari
alasan untuk merasionalisasi atau membenarkan diri.
·
Tidak mengalihkan persoalan
dengan menuduh orang lain ’’memburuk-burukkan’’ kita.
·
Tidak perlu larut
dalam kesedihan dan mengurung diri.
Jika keburukan itu tidak benar sesuai dengan ungkapan orang
lain, maka :
·
Tidak perlu marah atau
pusing kepala.
·
Boleh membela diri
dengan argumen secukupnya tanpa menyerang orang yang memburukkan kita.
·
Kadang kita lupa bahwa
untuk melihat diri kita jalan terbaik adalah melalui mata orang lain.
Sebagai penutup, yang bisa kita ingat yaitu yang utama dan
pertama adalah buanglah keegoisan, ketidakpedulian, yang membuat orang lain
menjadi kacau, meninggalkan kejahatan masa lalu supaya jangan tetap dalam
keadaan berdosa, carilah Tuhan supaya kamu hidup. AMEN
Tidak ada komentar:
Posting Komentar