11 Juli 2024

Mendengarkan dan Menaati Nubuatan Tuhan (Amos 7: 7-15)

 

Mendengarkan dan Menaati Nubuatan Tuhan (Amos 7: 7-15)

Amos berasal dari kata Ibrani yaitu terbeban, atau pemikul beban. Boleh dikatakan ia adalah nabi lintas daerah. Ia berasal dari Selatan tetapi pergi menyampaikan kenabiannya ke Utara. Pemanggilan Amos cukup unik berbeda dengan panggilan kepada nabi-mabi yang lain. Amos awalnya bukanlah seorang nabi, tetapi ia adalah seorang penggembala. Namun ia dipanggil dan dipakai oleh Tuhan untuk memperingatkan orang Israel.

            Tugas Amos juga sangat berat karena dalam hal ini ia harus mengkritik 3 hal. Mengkritik dalam hal ini adalah untuk menyampaikan suara kebenaran dan bukan untuk menjatuhkan. Pertama ia mengkritik pimpinan negara / Raja yaitu raja Yerobeam, Kedua, ia mengkritik Imam Amazia yaitu nabi Istana yang hanya mengabarkan kabar-kabar baik untuk Israel tetapi tidak menyampaikan suara kebenaran. Ketiga, mengkritik suatu bangsa yaitu bangsa Israel tetapi gaya hidup mereka yang selalu beribadah tetapi penuh dengan penipuan.

1)      Jadi dalam hal ini ada kritikan untuk pemerintahan atau sistem yang tidak baik, mereka ingin menegakkan kembali kebenaran. Unang adong ama-ama na so tarpinsang, inaina na so tarpinsang.

2)      Pergilah berkhotbah, sampaikan suara kenabian atau kebenaran. Dalam hal ini kita bisa melihat 2 tipe nabi, yaitu nabi Istana dan nabi Bait Suci. Ada nabi yang mencari keuntungan sendiri (ABS), ada nabi yang dibenci karena mengatakan kebenaran.

3)      Ibadah harus berjalan dengan kebenaran dan keadilan. Jangan ibadah tetapi tetap dalam keadaan berbohong, nanti Tuhan marah.

4)      Jangan ada konspirasi kejahatan. Jangan membela yang salah, katakan ya kalau ya katakan tidak kalau tidak. Jangan yang benar disalahkan dan yang salah dibenarkan. Seorang pemimpin harus jujur dan takut kepada Tuhan.

 

Amos adalah nabi pertama dalam Alkitab yang pesannya dicatat secara terperinci. Ia berasal dari sebuah kota di Yehuda atau Israel Selatan yaitu Tekoa, tetapi ia berkhotbah kepada orang-orang Israel di kerajaan utara / Israel Utara sekitar pertengahan abad kedelapan Sebelum Masehi.

Pada masa itu banyak orang hidup makmur, ibadah dipentingkan, dan negeri Israel nampaknya damai. Tapi Amos melihat bahwa yang mengecap kemakmuran hanyalah para hartawan yang memperkaya diri dengan hasil penindasan dan ketidakadilan terhadap orang miskin (bandingkan kapitalisme). Orang menjalankan ibadah dengan hati yang tidak tulus, dan keadaan damai hanya tampak dari luar tetapi di dalam banyak kekacauan (berarti dalam hal itu ada kemunafikan, ada kebohongan, ada yang harus diperbaiki). Dengan berani dan penuh semangat, Amos menyampaikan pesan bahwa Allah akan menghukum bangsa Israel. Amos menyerukan agar keadilan "mengalir seperti air". Ia berkata, "Mungkin TUHAN akan mengasihani orang-orang yang tersisa dari bangsa Israel" (5:15).

 

Mengatakan Keburukan Orang Lain, Boleh ?

Ada dua pertimbangan untuk mengatakan keburukan orang lain, jangan dan boleh.

Jangan mengatakan orang lain jika :

·         Hanya demi kekurangan itu sendiri

·         Untuk merendahkan dan mempermalukan orang lain.

·         Memberi ’’cap’’ seolah-olah kekurangan itulah yang dominan dalam diri orang lain, padahal masih banyak kebaikannya.

·         Karena kita cemburu dan iri hati, dan lain-lain

Boleh mengatakan keburukan orang lain :

·         Sebagai pelajaran bagaimana dampak sesuatu keburukan dalam kehidupan sekaligus mendorong komitmen kita untuk bebas dari keburukan serupa.

·         Mendoakan beliau supaya berubah.

·         Mencegah supaya kekurangannya tidak menular dan berakibat buruk.

·         Menolak perbuatan buruk orang lain dengan mengasihinya.

Sikap menghadapi orang yang mengatakan keburukan kita :

·         Menerimanya dengan lapang dada dan ucapan syukur, kita harus memperlakukannya sebagai sahabat yang memberi obat penyembuhan.

·         Tidak perlu mempersoalkan apa motivasi orang itu mengungkapkan keburukan itu.

·         Tidak perlu mencari alasan untuk merasionalisasi atau membenarkan diri.

·         Tidak mengalihkan persoalan dengan menuduh orang lain ’’memburuk-burukkan’’ kita.

·         Tidak perlu larut dalam kesedihan dan mengurung diri.

Jika keburukan itu tidak benar sesuai dengan ungkapan orang lain, maka :

·         Tidak perlu marah atau pusing kepala.

·         Boleh membela diri dengan argumen secukupnya tanpa menyerang orang yang memburukkan kita.

·         Kadang kita lupa bahwa untuk melihat diri kita jalan terbaik adalah melalui mata orang lain.

Sebagai penutup, yang bisa kita ingat yaitu yang utama dan pertama adalah buanglah keegoisan, ketidakpedulian, yang membuat orang lain menjadi kacau, meninggalkan kejahatan masa lalu supaya jangan tetap dalam keadaan berdosa, carilah Tuhan supaya kamu hidup. AMEN

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar