DIPATUK ASI NI
ROHA NI TUHAN I
Ayat
Bulanan Bulan Juli:
Gabe didok Ibana tu ahu: Tuk ma
asi ni rohangku di ho; ai di hagaleon do sun timbul hagogoon. Asa tagonan ma
hupapujipuji diringku di bagasan angka hagaleonku, asa songgop tu ahu hagogoon
ni Kristus. (2 Korintus 12:9)
Tetapi jawab Tuhan kepadaku:
"Cukuplah kasih karunia-Ku bagimu, sebab justru dalam kelemahanlah
kuasa-Ku menjadi sempurna." Sebab itu terlebih suka aku bermegah atas
kelemahanku, supaya kuasa Kristus turun menaungi aku.
Saudara-i
yang terkasih dalam nama Yesus Kristus !
Untuk memahami dan mengerti nats
ini terlebih dahulu kita harus melihat sejenak sejarah dan latarbelakang nats
ini. Surat II Korintus ini merupakan Surat Rasul Paulus Yang Kedua Kepada
Jemaat di Korintus. Korintus
adalah kota yang besar dengan ibukota provinsinya Akhaya, terletak di tepi laut
yang menjadi pusat perdagangan yang ramai dengan segala kemungkinan. Adapun
surat dikirimkan oleh Paulus adalah untuk menyelesaikan permasalahan yang
sedang dihadapi oleh jemaat di Korintus yaitu kekacauan dan perpecahan.
Surat ini
ditulis pada masa-masa yang sulit dimana hubungan Paulus dengan jemaat itu
penuh kecurigaan. Hal ini disebabkan karena Ada anggota-anggota dari jemaat itu
sendiri yang rupanya telah menyerang Paulus dengan sembunyi-sembunyi dari
belakang. Mereka memberitakan kabar buruk yang tidak baik dan tidak benar
tentang Paulus. Meskipun demikian Paulus menunjukkan bahwa ia ingin sekali
berbaik hati, Paulus ingin mengklarifikasi; meluruskan apa yang sebenarnya dan
sejujurnya. Satu hal yang luar biasa, Ia memperlihatkan kegembiraannya ketika
hal itu terjadi. Di saat penderitaan pun ia tetap bersukacita untuk melayani.
Sebelumnya
Paulus telah menguraikan tentang hubungannya dengan jemaat di Korintus. Di situ
Ia menjelaskan mengapa ia mengecam dengan keras perlawanan dan celaan terhadap
dirinya yang dilakukan oleh jemaat itu. Setelah mengemukakan hal itu,
selanjutnya ia menyatakan kegembiraannya bahwa kecamannya yang keras itu sudah
menghasilkan pertobatan dan kerukunan. Kemudian ia mengajak supaya jemaat itu
supaya tetap berpikiran positif terhadap pelayanan. Nats ini boleh dikatakan
sebagai pembelaan diri yang dibuat oleh Paulus mengenai kedudukannya sebagai
rasul terhadap beberapa orang di Korintus yang mengalami goncangan
ketidakpercayaan karena ajaran-ajaran sesat. Paulus dengan tegas menghadapi kecaman-kecaman yang datang
dan yang telah mencaci maki pelayanannya. Melalui surat ini Paulus ingin
menentang rasul-rasul palsu yang terus-menerus berbicara tentang dia, dan
mengingatkan jemaat yang dipengaruhi supaya tetap di jalan kebenaran.
Saudara-i nats ini masih sangat relevan pada masa kini,
pelayan juga mempunyai pergumulan. Kalau Band Serius mempunyai lagu dan istilah
‘Rocker juga manusia’ maka dalam konteks kita dapat disebut ‘Pelayan juga
manusia’. Ada juga istilah yang mengatakan ‘Tidak ada gading yang tak retak’
yang bermakna Tidak ada manusia yang sempurna; tidak ada manusia yang tidak
pernah melakukan kesalahan. Oleh karena itu manusia, sesama manusia harus mau,
harus mampu mengampuni kesalahan orang lain. Kuasa Tuhan jangan dibatasi, kuasa
Tuhan juga bekerja dalam kelemahan manusiawi. Segala pelayanan harus kita
terima di dalam Kristus dan untuk kemuliaan Kristus dan bukan untuk kepentingan
pribadi. Untuk melayani Tuhan harus ikhlas, melayani untuk Tuhan berarti
Tuhanlah yang memampukan pelayannya. Sebaliknya ketika Tuhan memberikan
kemampuan kepada umatNya untuk melayani maka melayanilah dengan baik.
On ma Ayat na mandok “dihagaleonki do au margogo” dalam
kelemahan aku semakin kuat.
Sebenarnya
dalam surat-surat ini mengandung pembelaan diri (apologetika) apologet tetapi
ada 3 hal yang bisa kita pelajari melalui pengalaman Paulus.
1.
Kerendahan
hati
Setiap
pelayan harus merendahkan diri. Setiap pelayan harus menyadari apapun yang
diterima di dunia ini adalah anugerah Tuhan, baik itu talenta untuk pelayanan
oleh karena itu Marilah bersikap rendah hati. Tidak mengandalkan apa yang
dipunyainya tetapi mengandalkan kemuliaan Tuhan.
2.
Penyerahan
diri
Penyerahan
diri yang dimaksud bukan sekedar pasrah atau pesimis. Tetapi memang ada saatnya
kita untuk merenung, ada saatnya kita harus menyerahkan diri bukan malah
memberontak. Ada saatnya ketenangan lah yang menjawab masalah bahkan air mata
seperti surat-surat air mata Paulus (Tranenbrief).
3.
Meminta
pertolongan Tuhan
Paulus
semakin dikuatkan karena ia meminta pertolongan dan kekuatan dari Tuhan. Ia
melibatkan Tuhan dalam kehidupannya, dalam pelayanannya, dalam tantangan yang
ia hadapi.
Kelemahan adalah suatu keterbatasan
yang kita warisi atau kita dapatkan karena adanya suatu peristiwa yang terjadi
di mana kita tidak punya kuasa menolaknya. Di dunia ini tidak ada manusia yang
sempurna, baik itu secara fisik, emosi atau intelektual. Karena itulah tidak
seharusnya seseorang bermegah atau membanggakan diri sendiri. Bila kita merasa
memiliki banyak kelemahan, tidak seharusnya kita menjadi takut, pesimis dan
mengasihi diri sendiri, karena sesungguhnya semua orang pasti punya kelemahan.
Mungkin saat ini kita merasa berada dalam kelemahan karena keterbatasan
dalam hal keuangan (hidup dalam kekurangan atau tidak mampu secara ekonomi),
terbatas secara pendidikan (tidak sekolah tinggi), keterbatasan secara fisik
(cacat, punya sakit penyakit) atau juga keterbatasan emosional (trauma, sakit
hati, kepahitan, luka-luka batin) dan lainnya.
Dari kesemuanya itu ada satu hal yang harus kita perhatikan yaitu kelemahan
bukanlah masalah utama, namun yang terpenting adalah apa yang kita kerjakan
ketika kita menyadari bahwa ada kelemahan dalam diri kita.
Adakalanya Tuhan mengijinkan kelemahan terjadi dalam hidup kita, dengan
tujuan agar kita belajar rendah hati dan juga menunjukkan kuasaNya atas kita.
Tuhan tidak pernah terkesan dengan orang-orang yang merasa dirinya pintar kuat
dan mampu dengan kekuatan sendiri, tetapi sangat tertarik kepada orang-orang
yang menyadari dan mengakui keterbatasan, ketidak berdayaan atau kelemahannya.
Banyak kisah dalam Alkitab tentang orang-orang biasa yang memiliki banyak
kelemahan, namun hidupnya dipakai Tuhan secara luar biasa. Contohnya Musa,
sebelum menjadi pemimpin besar Israel, ia adalah orang yang tidak percaya diri
dan tidak merasa layak (Keluaran 4:10).
Ingatlah, walapun kita memiliki kelemahan, Tuhan tidak bisa dibatasi oleh
keterbatasan kita. Kita adalah bejana-bejana tanah liat, Dialah penjunannya.
Saat kita ijinkan Tuhan bekerja melalui kelemahan kita. Dia akan membentuk kita
menjadi bejana yang luar biasa. AMEN
Tidak ada komentar:
Posting Komentar