Siantar, Hetanews.com
Acara
Marria Raja / Martonggo Raja Dalam Budaya Batak
Oleh Yefta Situmeang
Banyak unsur-unsur yang bisa digali
dari orang Batak dan ini mengisyaratkan betapa kaya dan indahnya budaya Batak
yang penuh dengan makna dan penghormatan. Salah satu budaya Batak adalah Marria
Raja / Martonggo Raja. Sebelum melakukan budaya Batak ini, terlebih dahulu
dibuka oleh doa dan ibadah singkat dari pihak Gereja begitu juga dengan
penutupan.
Marria raja adalah kegiatan untuk
bermusyarawarah, berkumpul dalam jumlah besar, rapat secara bersama-sama. Marria
raja hampir sama dengan martonggo raja, tetapi keduanya memiliki perbedaan.
Marria raja mengundang Raja ni hula-hula, Dongan Tubu / Dongan
Sabutuha, Ianakhon, Raja dan Dongan Sahuta, dan yang lainnya untuk
membicarakan dan meminta nasehat atau masukan bagaimana supaya acara pemakaman
untuk besoknya berjalan dengan baik dan menentukan siapa-siapa saja yang masuk adat,
mendapat ulos dan jambar.
Pada malam ini Hula-hula berhak untuk
memberikan nasehat pada keluarga yang ditinggalkan terutama bagi suami / istri
yang ditinggalkan.
Sama seperti marria raja, martonggo raja
adalah bermusyawarah yang melibatkan Raja ni hula-hula, Dongan Tubu, Ianakhon,
Dongan Sahuta, Raja dan Namora ni huta, serta Pemerintah setempat. tetapi dalam
ruang lingkup yang lebih besar.
Dalam martonggo raja sudah ada ternak
yang dipotong untuk dimakan sebelum diskusi adat untuk orang yang meninggal itu
dan biayanya sudah lebih besar. Di beberapa daerah seperti Tapanuli Tengah
tidak ada marria raja, tetapi semua diskusi pada malam hari sebelum penguburan
disebut dengan martonggo raja.
Dalam kegiatan ini, perkumpulan
membicarakan acara pemakaman atau menurunkan ke kuburan (patuathon tu parbandaan) dan adat yang sesuai dengan itu. Termasuk
juga membicarakan cara kerja atau apa yang harus dilakukan pada hari pemakaman
dan siapa yang berperan dalam adat itu dan siapa yang masuk acara adat.
Penting untuk diingat
bahwa sebelum dan sesudah melakukan tonggo raja harus dibuka dan ditutup dengan
doa. Setelah marria raja selesai dan makam mulai
larut maka dibuatlah makanan berjaga bagi pelayat orang mati yang
disebut Pandungoi. (Yef)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar