11 Juli 2024

YESUS DIURAPI (MATIUS 26: 6-10)

 

YESUS DIURAPI (MATIUS 26: 6-10)

Pendahuluan:

Saudari-saudari terkasih dalam nama Tuhan Yesus Kristus, berita suka cita atau injil Matius ini pertama sekali ditujukan kepada orang Kristen Non Yahudi yang menderita karena tekanan dari orang Yahudi tepatnya Farisi dan Saduki. Diantara mereka sudah ada yang percaya dan menjadi pengikut Kristus, tetapi masih ada kekurangan mereka karena masih ada batasan-batasan dan perbedaan yang dibuat oleh orang Yahudi kepada orang Non Yahudi. Meskipun mereka sudah menjadi pengikut Kristus, namun mereka tetap memegang teguh tradisi hukum taurat dari Musa. Taurat bukan berarti salah atau tidak berlaku tetapi Tuhan Yesus sendirilah yang menggenapinya. Oleh karena itulah Tuhan Yesus menderita, mati dan bangkit lagi supaya ia menyatakan bahwa Dialah Allah yang sesungguhnya yang menebus dosa setiap manusia.

Masalah yang terjadi pada saat itu adalah Orang Yahudi keliru dalam memahami dan menggunakan hukum Musa. Mereka mempunyai sifat superioritas, merasa lebih hebat, lebih jago, lebih pintar, lebih benar, lebih suci dibandingkan dengan orang lain. Oleh karena itulah injil ini ditulis oleh Matius sekitar tahun 50-70 an di Antiokhia yang ditujukan kepada orang Kristen yang mengalami penganiayaan. Dengan maksud untuk meneguhkan iman dan kepercayaan jemaat bahwa Yesus Kristus adalah Tuhan Allah itu sendiri dan Dia adalah Mesias atau Juru Selamat Dunia yang sudah lama dijanjikan oleh Allah dan sudah lama dinubuatkan oleh para Nabi-nabi di Perjanjian Lama. Injil ini sekaligus menepis dan membuang keragu-raguan orang Kristen mula-mula.

 

Penjelasan Nats:

Perempuan yang tidak dikenal ini membawa suatu buli-buli pualam yang berisi minyak Narwastu dan dicurahkanlah minyak itu diatas kepala Yesus. Dia membawa buli-buli pualam, buli-buli pualam itu memiliki leher buli yang panjang dan lubang tetes yang kecil, sehingga untuk meminyaki kepala Yesus, dan leher buli-buli itu dipatahkan dan kemudian Yesus diurapinya. Buli-buli itu berisikan minyak Narwastu, semakin lama Narwastu disimpan di dalam Pualam, maka harumnya semakin semerbak, tidak mudah untuk mendapatkan minyak Narwastu ini. Minyak Narwastu ini diperoleh dari pohon Narwastu yang hanya dapat ditemukan di daerah India, karena harus di Import maka harganya sangat mahal. Narwastu digunakan sebagai parfum untuk kepala dan rambut (Kid. 1:12, 4 :13-14). Dikatakan bahwa harga minyak itu adalah tiga ratus dinar ( 14 : 5), harga tiga ratus dinar adalah sama dengan gaji satu tahun seorang buruh perkampungan yang ada di daerah Israel, betapa mahal persembahan seorang perempuan ini, demi mempersiapkan kematian Kristus, namun meski demikian, sesungguhnya di dalam kematian Kristus ada kehidupan yang diberikan, persembahan yang mahal untuk persiapan kematian itu juga berarti persiapan kepada menuju kehidupan. (Persembahan yang murni adalah mempersembahkan hidup kita kepada Tuhan seutuhnya dengan mempersembahkan hidup kita maka  kita mau dibimbing melakukan pekerjaan Roh Kudus, sehingga nama Allah semakin dimuliakan oleh manusia).

 

Refleksi:

Saudari-saudari terkasih dalam nama Tuhan Yesus Kristus, berbahagialah kaum perempuan karena orang yang pertama sekali menyaksikan kebangkitan Tuhan Yesus Kristus adalah kaum Perempuan yaitu Maria Magdalena dan Maria Ibu Yakobus, dan Satu orang laki-laki yaitu Salome. Pada tradisi umat Israel, seorang imam itu biasanya laki-laki, seorang pemimpin itu biasanya laki-laki. Tetapi jangan salah Tuhan Allah juga bekerja melalui para perempuan. Kita dapat melihat dalam Alkitab sangat banyak peran perempuan dalam pekerjaan dan rencana-rencana Allah. Contoh yang paling besar yang dapat kita lihat adalah Tuhan Yesus lahir melalui bunda Maria, silsilah Daud yang diikuti dari garis keturunan Rut.

Saudari-saudari terkasih dalam nama Tuhan Yesus Kristus, yang menjadi pertanyaan sekarang adalah Bagaimanakah cara kita memberitakan dan menjadi saksi Kristus?

Satu poin yang berharga yang dapat dikembangkan oleh ibu-ibu sekalian adalah Citra Allah melalui Perempuan. Apakah maksudnya itu saudari-saudari? Setiap manusia mempunyai hak untuk menjadi saksi bagi Kristus melalui perbuatan baik dalam kehidupan sehari-harinya terlebih bagi kaum perempuan yang mempunyai peranan besar dalam suatu keluarga. Dengan melakukan perbuatan-perbuatan kasih, itu berarti kita mencitrakan Allah melalui diri dan kehidupan kita.

Ada juga hal yang perlu untuk direnungkan dan disyukuri oleh kaum perempuan saat ini. Pada zaman modern ini, perempuan telah banyak mengalami kemajuan. Di Indonesia, Kartini telah berjasa dalam emansipasi wanita sehingga saat ini hak-hak perempuan dan laki-laki tidak lagi menjadi masalah. Tidak hanya itu, Kesetaraan gender menuntut keadilan supaya laki-laki dan perempuan mendapatkan kesetaraan dalam hak azasi manusia termasuk dalam bidang politik, ekonomi, sosial, budaya, dan dalam semua bidang kehidupan. Bahkan dalam keagamaan sendiri perjuangan perempuan mendapat sorotan tersendiri yang dikembangkan dalam teologi feminis. Dari situ para kaum perempuan juga turut menyatakan bahwa mereka adalah citra Allah yang mulia. Dari penjelasan tadi setidaknya pada saat ini ada kekuatan perempuan yaitu: emansipasi wanita, kesetaraan gender, dan teologi feminis.

Kaitkan dengan kegiatan Tahun Parompuan

Perlombaan Tahun Perempuan bukan untuk merebut juara saja tetapi juga untuk membina iman

Wanita karier boleh asal jangan jadi wanita sombong dan tidak peduli.

Melalui Firman Tuhan ini kita mendapat mandat dan kekuatan untuk ikut serta dalam memberitakan kebangkitan Tuhan Yesus Kristus dan menjadi saksi Kristus terkhusus bagi kaum perempuan atau ibu-ibu yang hadir pada saat ini. Kita layak mengucap syukur karena Tuhan Yesus sudah bangkit dan kita percaya bahwa di dalam Tuhan Yesus Kristus itu berarti Kerajaan Allah sudah datang. Barang siapa yang menerima Dia, pantaslah ia disebut sebagai Anak Allah. Sebagai Anak-anak Allah kita perlu memohon supaya Tuhan menguatkan kita untuk menjadi saksi Kristus dan berguna bagi sesama manusia.

Songon panutup sada kutipan nahea husurat di Suara HKBP bulan April: “Tanpa perempuan tidak ada ibu, tanpa ibu tidak ada kita, karena darimana kita lahir?”. Sian i boi idaonta parompuan ima Citra ni Debata (Imago Dei) na mulia, na lam bagak, lam uli molo tolap manjaga Citra na nilehon ni Debata. AMEN

Tidak ada komentar:

Posting Komentar