15 Mei 2024

PAULUS

 

PAULUS

            Paulus lahir di kota Tarsus di wilayah Sisilia (Kis 21:39), sebuah kota di negara Yunani dan menjadi salah satu pusat kebudayaan Yunani (Helenistis). Orang tuanya termasuk kelompok Yahudi Ortodoks dan mendidik Paulus menurut ajaran Farisi yang keras. Mereka berstatus warga negara Romawi itu berarti mereka mempunyai kedudukan sosial yang terhormat. Anak-anak mereka juga mempunyai kewarganegaraan Romawi karena hak sejak lahir. Di rumahnya dia dikenal dengan nama Ibrani yaitu Saul, tetapi di luar ia dikenal dengan nama Romawi yaitu Paulus. Saul berbicara dengan dua bahasa, yaitu bahasa Aram dan bahasa Yunani. Ia juga bisa membaca kitab suci Ibrani dengan baik. Saul adalah orang yang terdidik, ia mengenal filsafat Stoa yang menjadi agama rahasia yang populer saat itu.[1]                                                                                  Pendidikan ke-Yahudi-annya diperolehnya dari rabi Gamaliel di Yerusalem (Kis. 22:3), jadi Paulus mempunyai pengetahuan keagamaan yang cukup baik. Dia mengatakan bahwa orang-orang Farisi adalah orang Israel dan menganggap mereka telah diangkat menjadi anak, dan mereka telah menerima kemuliaan dan perjanjian-perjanjian, hukum Taurat dan ibadah (Rom 9:4). Ia menyebut dirinya orang Yahudi tulen, disunat pada hari ke delapan, dari bangsa Israel, dari suku Benyamin, orang Ibrani asli. Melalui surat-suratnya ia memberitahukan pekerjannya sebagai penganiaya jemaat dan selanjutnya ia bangga bahwa di dalam agama Yahudi dia adalah orang yang lebih maju diantara teman sebayanya dan rajin memelihara adat istiadat nenek moyang.                                                                                                                                             Saul mengenal Kristen melalui Stefanus lalu ia mengalami pergumulan batin sehingga ia melampiaskan kekesalannya kepada orang-orang Kristen yang ada di Yudea dan sekitarnya. Dalam perjalanannya menuju Damsyik atau Damaskus untuk melakukan misinya, Saul mengalami pengalaman rohani. Menurut Kis. 9:5 Ada Cahaya yang menimpanya dan suara mengatakan :” Akulah Yesus yang kau aniaya itu”. Mulai dari peristiwa itu dia bertobat dan panggilannya menjadi Paulus. Setelah pertobatannya Paulus tidak langsung pergi ke Yerusalem. Ia masih sempat tinggal bersama Petrus, bertemu dengan Yakobus saudara Yesus. Lalu ia tinggal sementara di Yerusalem lalu berangkat ke Sisilia, Siria, Tarsus, dan Antiokhia.[2]                                Kisah Para Rasul menerangkan daerah-daerah penginjilan Paulus yang pertama adalah Paulus bersama Barnabas berangkat dari Antiokhia lalu ke Siprus-Perga-Pisidia Antiokhia-Ikonium-Listra-Derbe-Yerusalem untuk mengikuti sidang para rasul kedua. Setelah dia mengunjungi jemaat di Siria, Kilikia, Derbe, dan Listra lalu masuk ke Asia Kecil (Frigia dan Galatia)-Troas-Makedonia-singgah di Samotrake-Neapolis-Filippi. Setelah bebas dari penjara ia pergi ke Tesalonika melalui Amfipolis-Apolonia-Berea di sana ia meninggalkan Silas dan Timotius. Athena dan inilah daerah penginjilannya yang kedua.[3] Perjalanan ketiga dimulai dari Galatia dan Frigia-Efesus-Makedonia-Akhaya-Yerusalem-Roma. Paulus pergi ke Yunani lewat Makedonia, Filippi dan Troas-Asus. Dari sana lewat Metilene, Khioas, dan Samos ke Miletus-Tirus-Ptolemais-Kaisaria-Yerusalem.[4]                                                                                                          Pokok-pokok pikiran Paulus:  Surat-surat Pulus yang asli ada 8 yaitu: Roma, Surat I dan II Korintus, Galatia, Filipi, I Tesalonika dan Filemon. Untuk melambangkan arti keselamatan Paulus memakai bahasa gambaran yaitu pembenaran, penebusan, dan ritual keagamaan. Contoh bahasa gambaran hukum yaitu pembenaran. Dosa disebut pelanggaran hukum dan yang melanggar hukum disebut orang berdosa dan akan diadili oleh hakim.[5] Seluruh proses hidup baru itu terjadi berdasarkan tindakan Allah di dalam Kristus. Dan tindakan Allah itu terjadi nyata dalam sejarah, yaitu dalam kelahiran, kehidupan, pengajaran, kematian dan kebangkitan Yesus. Bagi Paulus  kebangkitan Yesus adalah kunci memahami seluruh sejarah.[6]                                                     Paulus juga banyak membahas tentang permasalahan dalam Gereja. Ia menekankan bahwa kehidupan orang Kristen banyak mengalami masalah pribadi dan kerohanian. Paulus berhasil membuat banyak dasar-dasar pokok Kristiani menyangkut kehidupan sosial bersama, khususnya dengan pertumbuhan gereja. Pada masa hidupnya ke-Kristen-an menyebar luas dan berkembang dengan cepat. Oleh karena itu sempat menimbulkan dampak yang kurang baik. Banyak para tokoh gereja yang bersaing sehingga menimbulkan kelompok-kelompok. Untuk menghadapi itu Paulus menggumuli ajaran tentang Roh Kudus. Kristen pertama itu percaya bahwa semua pengajaran yang mereka terima merupakan tanda bahwa Allah bekerja dengan Roh KudusNya.[7]



[1] S. Wismoady Wahono, Di sini Kutemukan, BPK Gunung Mulia, Jakarta: 2009, hlm. 413-414.

[2] Ibid., hlm. 414-415.

[3] Willi Marxsen, Pengantar Perjanjian Baru, BPK Gunung Mulia, Jakarta: 2009, hlm. 4-5.

[4] Ibid., hlm. 6-7.

[5] Op. Cit., S. Wismoady Wahono, hlm. 429.

[6] Ibid., hlm. 431.

[7] Ibid., hlm. 436-438.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar