07 Mei 2024

Integrasi sosial (Emile Durkheim)

 

Integrasi sosial (Emile Durkheim)

             Suatu kelompok dapat membentuk solidaritas. Sebagai contoh tim atletik, perkumpulan sukarela, dan universitas adalah tipe organisasi sosial yang sangat berbeda satu sama lain. Namun dalam semua tipe ada perhatian yang sama tentang masalah-masalah seperti usaha meningkatkan komitmen dalam tujuan, kegiatan kelompok, moral kelompok, dan mengatasi konflik. Kepedulian masing-masing anggota dalam meningkatkan solidaritas pasti berbeda.

            Penting untuk mengetahui bagaimana memotivasi anggota kelompok, meningkatkan moralnya, menyelesaikan konfliknya, dsb. Tetapi hal-hal itu hanyalah sebagian dari satu masalah yang lebih besar dan lebih umum, yang sudah lama dan dianggap penting oleh para ahli ilmu sosial. Ini merupakan masalah integrasi sosial dan solidaritas. Bagi beberapa ahli sosial dulu dan sekarang, masalah utama dalam pengamatan sosiologi adalah menjelaskan keteraturan sosial yang berhubungan dengan proses-proses sosial yang meningkatkan integrasi sosial dan solidaritas. Inilah masalah utama bagi Durkheim dan masalah pokok dalam perspektif fungsional masa kini dari Parsons dan pengikut-pengikutnya. Dia merasa bahwa fundamental dalam sosiologi adalah menjelaskan cara masyarakat menghindari hipotesa yang dikemukakan Hobbes.[1]                                                  

Riwayat hidup Emile Durkheim: lahir tahun 1858 di Epinal. Ayah dan kakeknya adalah seorang rabi, namun dia berubah lalu dia masuk katolik. Tetapi dia meninggalkan katolik dan menjadi orang yang tidak mau tahu dengan agama (agnostik), tetapi masalah-masalah dasar tentang moralitas masyarakat, solidaritas, pertumbuhan integrasi merupakan pembahasannya selama hidupnya.[2] Kepercayaan terhadap ilmu adalah kunci perubahan sosial dan moral merupakan karakteristik posistivisme. Ideologi Durkheim bersifat liberal dan membela hak-hak individu melawan ketidakadilan. Pada tahun 1887, pemberian kuliah dan beberapa artikelnya maka dia diangkat menjadi ahli ilmu sosial muda dan ilmu sosial diakui sebagai disiplin ilmu. Dia yakin bahwa pendidikan tentang masyarakat memberikan sumbangan dalam menegakkan moral.[3]

            Kenyataan fakta sosial: Pandangan umum yang fundamental yang menjadi dasar sosiologi Durkheim adalah gejala sosial itu nyata dan mempengaruhi kesadaran individu berbeda dengan orang lain. Gejala ini dapat dipelajari dengan metode empirik yang memunculkan satu ilmu yang murni tentang masyarakat yang dapat dikembangkan dan sekarang sosiologi menjadi ilmu pelajaran di sekolah-sekolah. Sosiologi menjelaskan ilmiah tentang perilaku manusia dan institusi sosial berdasarkan analisa karakteristik individu.[4]                                                                         

  Karakteristik fakta sosial ada tiga. Pertama gejala sosial bersifat eksternal terhadap individu. Ini merupakan cara bertindak yang layak dilihat di luar kesadaran. Kedua adalah fakta memaksa individu. Di sini individu dipaksa dengan cara dipengaruhi  oleh berbagai tipe fakta sosial dalam lingkungan sosial. Ketiga adalah fakta yang bersifat umum dalam satu masyarakat. Ketiga karakter ini merupakan pokok permasalahan dalam sosiologi.[5]                                                    

 Durkheim menjawab fakta sosial dengan memberikan dasar-dasar metodologi dalam sosiologi. Salah satunya fakta sosial dijelaskan hubungannya dengan fakta sosial lainnya atau menjelaskan fakta sosial dan menghubungkannya dengan individu seperti yang disampaikan oleh Spencer. Selain itu asal-usul gejala sosial dan fungsi-fungsinya terpisah. Dia memberikan strategi tentang perbandingan terkendali sebagai methode yang paling cocok dalam mengembangkan sosiologi.[6]                                                                                                                      

     Solidaritas  menunjuk pada satu kondisi hubungan antara individu dan kelompok yang didasarkan pada moral dan kepercayaan berdasarkan pengalaman emosional bersama. Pertumbuhan pembagian kerja meningkatkan suatu perubahan dalam struktur sosial.  Masyarakat bisa bersatu tanpa alasan ekonomi tetapi tetapi karena kontak sosial. Mereka diikat oleh kepercayaan bersama, cita-cita dan moral dan inilah yang disebut mekanik. Ada juga yang mempersatukan organisasi berdasarkan saling ketergantungan dalm bekerja sehingga sistem ini membentuk solidaritas yang disebut organik.[7] Pengaruh solidaritas mekanik dan organic timbul perubahan sosial yang disebut evolusi sosial. Bentuk baru ini didasarkan pada saling ketergantungan antara yang khusus dan yang menyeluruh, kepercayaan dan nilai bersama, karena ketergantungan ini memberi cara kesadaran kolektif sebagai dasar solidaritas sosial.[8]

Refleksi:

            Struktur sosial masyarakat mencerminkan soldaritas mekanik dan organik dan keduanya saling berpengaruh. Ikatan sosial seperti keagamaan, kekerabatan, sosial dan komunitas bisa rusak karena meningkatnya pembagian kerja dan membentuk stratifikasi sosial. Tingkat integrasi sosial membutuhkan fungsi sosial yang mempertahankan komitmen terhadap kesadaran kolektif yang menjadi dasar keteraturan sosial.

            Masyarakat berbeda dalam tingkat integrasi sosial dan kuatnya keteraturan sosial mengalami perubahan dari waktu ke waktu, tetapi integrasi sosial dan solidaritas perlu untuk dipelajari mulai dari tahap individu, kelompok, organisasi hingga masyarakat dan membuat sosiologi sebagai ilmu tentang masyarakat yang berdasarkan penelitian empiris dan psikologis. Solidaritas dan integrasi sosial muncul karena keteraturan sosial dan pengetahuan tentang masyarakat turut mendukung keteraturan sosial. Pengajaran moralitas kepada warga merupakan dasar-dasar masyarakat dan meningkatkan integrasi dan solidaritas sosialnya.

 



[1]Daley Paul Jonhson, Teori Sosiologi Klasik Modern Jilid II, Gramedia, Jakarta: 1998, hlm.  hlm. 165.

[2]Ibid.,  hlm. 167.

[3] Ibid., hlm. 169.

[4] Ibid., hlm. 174

[5] Ibid., hlm. 177-178.

[6] Ibid., hlm. 179-180.

[7] Ibid., hlm. 181-182.

[8] Ibid., hlm. 187.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar