06 Mei 2024

Kebudayaan yang Ideal dan yang Nyata Dalam Budaya Batak

 

Kebudayaan yang Ideal dan yang Nyata Dalam Budaya Batak

1.      Kebudayaan yang Ideal

 Nilai-Nilai Kebudayaan
1. Kekerabatan
                                                                                                                      Nilai kekerabatan  masyarakat Batak utamanya terwujud dalam pelaksanaan adat Dalian Na Tolu, dimana seseorang harus mencari jodoh diluar kelompoknya, orang-orang dalam satu kelompok saling menyebut Sabutuha (bersaudara), untuk kelompok yang menerima gadis untuk diperistri disebut Hula-hula. Kelompok yang memberikan gadis disebut Boru.         
2. Hagabeon
       
Nilai budaya yang bermakna harapan panjang umur, beranak, bercucu
 banyak, dan yang baik-baik.
3. Hamoraan
       
Nilai kehormatan suku Batak yang terletak pada keseimbangan aspek spiritual dan m
aterial.
4. Uhum dan ugari
          
Nilai uhum orang Batak tercermin pada kesungguhan dalam menegakkan keadilan sedangkan ugari terlihat dalam kesetiaan akan sebuah janji.
        
5. Pengayoman
   
Pengayoman wajib diberikan terhadap lingkungan masyarakat, tugas tersebut di emban oleh tiga unsur Dalihan Na Tolu.

6. Marsisarian
     
Suatu nilai yang berarti saling mengerti, menghargai, dan saling membantu.
  
7. Nilai Kehidupan (Ruhut-ruhut Ni Parngoluon)                                                                                      Pantun marpangkuling bangko ni anak na bisuk. (Patut dalam berbicara, tanda orang bijak). Donda marpangalaho, bangkoni boru na uli. (Santun dalam peringai, tanda perempuan yang cantik).                                                                                                                    Pantun hangoluan, tois hamagoan.( Kapatutan menjamin keselamatan hidup, hidup sembarangan, alamat celaka).

8. Tarombo                                                                                                                      Silsilah atau Tarombo merupakan suatu hal yang sangat penting bagi orang Batak. Bagi mereka yang tidak mengetahui silsilahnya akan dianggap sebagai orang Batak kesasar (nalilu). Orang Batak khusunya kaum laki-laki diwajibkan mengetahui silsilahnya minimal nenek moyangnya yang menurunkan marganya dan teman semarganya (dongan tubu). Hal ini diperlukan agar mengetahui letak kekerabatannya (partuturanna) dalam suatu klan atau marga.

9. Salam Khas Batak                                                                                                                Tiap puak Batak memiliki salam khasnya masing masing. Meskipun suku Batak terkenal dengan salam Horasnya, namun masih ada dua salam lagi yang kurang populer di masyarakat yakni Mejuah juah dan Njuah juah. Horas sendiri masih memiliki penyebutan masing masing berdasarkan puak yang menggunakannya

1. Pakpak “Njuah-juah Mo Banta Karina!”                                                                                           2. Karo “Mejuah-juah Kita Krina!”                                                                                                   3. Toba “Horas Jala Gabe Ma Di Hita Saluhutna!”                                                                              4. Simalungun “Horas banta Haganupan, Salam Habonaran Do Bona!”                                               5. Mandailing dan Angkola “Horas Tondi Madingin Pir Ma Tondi Matogu, Sayur Matua Bulung!”

10. Cara Berpikir (Panangion)                                                                                                 Raja di jolo sipatudu dalan hangoluan. (Raja di depan,penunjuk jalan kehidupan)                Raja di tonga pangahut pangatua, pangimpal, pangimbalo. (Raja di tengah, perangkul tokoh, pengikat dan pemersatu.                                                                                              Raja di pudi siapul natangis sielek na mardandi (Raja di belakang, penghibur bagi yang bersedih, dan pembujuk.)

11. Cara Bekerja (Parulaon)
Mangula sibahen Namangan (Bekerja sumber rezeki)
Maragat bahen siinumon
(Menderes sumber minuman)
                                                 

Logika (Ruhut, Raska, Risa)
Aut so ugari boru Napitupulu na tumubuhon au, dang martulang au tu Napitupulu
(Kalau tidak boru napitupulu yang melahirkanku,  maka aku  tidak memanggil paman kepada Marga Napitupulu)                                                                                                              

Etika (Paradaton)
Tinintip sanggar bahen huru-huruan (Sanggar di arit, buat sangkar burung)
Nisungkun marga asa binoto partuturon (Tanya marga, supaya tahu kekerabatan).
          

Estetika (panimbangion) Hatian sora monggal, ninggala sibola tali.

 

 

2. Kebudayaan yang Nyata 
2.1 Bahasa                                                                                                                                                    Dalam kehidupan dan pergaulan sehari-hari, orang Batak menggunakan beberapa logat, ialah: (1)Logat Karo yang dipakai oleh orang Karo; (2) Logat Pakpak yang dipakai oleh Pakpak; (3) Logat Simalungun yang dipakai oleh Simalungun; (4) Logat Toba yang dipakai oleh orang Toba, Angkola dan Mandailing.    
 2.2 Pengetahuan                                                                                                                                          Orang Batak juga mengenal sistem gotong-royong kuno dalam hal bercocok tanam. Dalam bahasa Karo aktivitas itu disebut Raron, sedangkan dalam bahasa Toba hal itu disebut Marsiurupan. Sekelompok orang tetangga atau kerabat dekat bersama-sama mengerjakan tanah dan masing-masing anggota secara bergiliran. Raron itu merupakan satu pranata yang keanggotaannya sangat sukarela dan lamanya berdiri tergantung kepada persetujuan pesertanya.        
 2.3 Teknologi                                                                                                                                               Masyarakat Batak telah mengenal dan mempergunakan alat-alat sederhana yang dipergunakan untuk bercocok tanam dalam kehidupannya. Seperti cangkul, bajak, tongkat tunggal, sabit atau ani-ani. Masyarakat Batak juga memiliki senjata tradisional yaitu, piso surit, piso gajah dompak (sebilah keris yang panjang), hujur, podang. Unsur teknologi lainnya yaitu kain ulos.       
2.4 Organisasi Sosial                 
a. Perkawinan
                                                                                                                                          Pada tradisi suku Batak seseorang hanya bisa menikah dengan orang Batak yang berbeda klan sehingga jika ada yang menikah dia harus mencari pasangan hidup dari marga lain selain marganya. Apabila yang menikah adalah seseorang yang bukan dari suku Batak maka dia harus diadopsi oleh salah satu marga Batak (berbeda klan). Sebagai mahar perkawinan saudara mempelai wanita yang sudah menikah.   
b. Kekerabatan
                                                                                                                Kelompok kekerabatan suku bangsa Batak berdiam di daerah pedesaan yang disebut Huta. Biasanya satu Huta didiami oleh keluarga dari satu marga. Ada pula kelompok kerabat yang disebut marga taneh yaitu kelompok pariteral keturunan pendiri dari Kuta. Marga tersebut terikat oleh simbol-simbol tertentu misalnya nama marga. Mereka dapat mengenali anggotanya melalui nama marga yang selalu disertakan dibelakang nama kecilnya, Stratifikasi sosial orang Batak didasarkan pada empat prinsip yaitu : (a) perbedaan tigkat umur, (b) perbedaan pangkat dan jabatan, (c) perbedaan sifat keaslian dan (d) status kawin.
 2.5 Mata Pencaharian                                                                                                                                Pada umumnya masyarakat Batak bercocok tanam padi di sawah dan ladang. Lahan didapat dari pembagian yang didasarkan marga. Setiap kelurga mandapat tanah tadi tetapi tidak boleh menjualnya. Selain tanah ulayat adapun tanah yang dimiliki perseorangan. Perternakan juga salah satu mata pencaharian suku batak antara lain perternakan kerbau, sapi, babi, kambing, ayam, dan bebek. Sektor kerajinan juga berkembang. Misalnya tenun, anyaman rotan, ukiran kayu, tembikar. 
 2.6 Kesenian                                                                                                                                                Seni Tari yaitu Tari Tor-tor (bersifat magis); Tari serampang dua belas (bersifat hiburan). Alat Musik tradisional : Gong; Saga-saga. Hasil kerajinan tenun dari suku batak adalah kain ulos. Kain ini selalu ditampilkan dalam upacara perkawinan, mendirikan rumah, upacara kematian, penyerahan harta warisan, menyambut tamu yang dihormati dan upacara menari Tor-tor. Kain adat sesuai dengan sistem keyakinan yang diwariskan nenek moyang.

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar