Kebudayaan yang Ideal dan yang Nyata Dalam Budaya Batak
1. Kebudayaan yang Ideal
Nilai-Nilai
Kebudayaan
1. Kekerabatan Nilai kekerabatan masyarakat
Batak utamanya terwujud dalam pelaksanaan adat Dalian Na Tolu, dimana seseorang harus mencari jodoh
diluar kelompoknya, orang-orang dalam satu kelompok saling menyebut Sabutuha
(bersaudara), untuk kelompok yang menerima gadis untuk diperistri disebut
Hula-hula. Kelompok yang memberikan gadis disebut Boru.
2. Hagabeon
Nilai budaya yang bermakna harapan panjang umur, beranak,
bercucu banyak,
dan yang baik-baik.
3. Hamoraan
Nilai kehormatan suku Batak yang terletak pada keseimbangan
aspek spiritual dan material.
4. Uhum dan ugari
Nilai uhum orang Batak tercermin pada kesungguhan dalam
menegakkan keadilan sedangkan ugari terlihat dalam kesetiaan akan sebuah janji.
5. Pengayoman
Pengayoman wajib diberikan terhadap lingkungan masyarakat,
tugas tersebut di emban oleh tiga unsur Dalihan Na Tolu.
6. Marsisarian
Suatu nilai yang berarti saling mengerti, menghargai, dan
saling membantu.
7. Nilai Kehidupan (Ruhut-ruhut Ni Parngoluon) Pantun marpangkuling bangko
ni anak na bisuk. (Patut
dalam berbicara, tanda orang bijak). Donda marpangalaho, bangkoni
boru na uli. (Santun
dalam peringai, tanda perempuan yang cantik). Pantun hangoluan, tois hamagoan.( Kapatutan menjamin
keselamatan hidup, hidup sembarangan, alamat celaka).
8. Tarombo Silsilah atau Tarombo merupakan suatu hal yang sangat penting bagi orang Batak. Bagi mereka yang tidak mengetahui silsilahnya akan dianggap sebagai orang Batak kesasar (nalilu). Orang Batak khusunya kaum laki-laki diwajibkan mengetahui silsilahnya minimal nenek moyangnya yang menurunkan marganya dan teman semarganya (dongan tubu). Hal ini diperlukan agar mengetahui letak kekerabatannya (partuturanna) dalam suatu klan atau marga.
9. Salam Khas Batak Tiap puak Batak memiliki salam khasnya masing masing. Meskipun suku Batak terkenal dengan salam Horasnya, namun masih ada dua salam lagi yang kurang populer di masyarakat yakni Mejuah juah dan Njuah juah. Horas sendiri masih memiliki penyebutan masing masing berdasarkan puak yang menggunakannya
1. Pakpak “Njuah-juah Mo Banta Karina!” 2. Karo “Mejuah-juah Kita Krina!” 3. Toba “Horas Jala Gabe Ma Di Hita Saluhutna!” 4. Simalungun “Horas banta Haganupan, Salam Habonaran Do Bona!” 5. Mandailing dan Angkola “Horas Tondi Madingin Pir Ma Tondi Matogu, Sayur Matua Bulung!”
10. Cara Berpikir (Panangion) Raja di jolo sipatudu dalan hangoluan. (Raja di depan,penunjuk jalan kehidupan) Raja di tonga pangahut pangatua, pangimpal, pangimbalo. (Raja di tengah, perangkul tokoh, pengikat dan pemersatu. Raja di pudi siapul natangis sielek na mardandi (Raja di belakang, penghibur bagi yang bersedih, dan pembujuk.)
11. Cara Bekerja
(Parulaon)
Mangula sibahen Namangan (Bekerja sumber rezeki)
Maragat bahen siinumon (Menderes sumber minuman)
Logika (Ruhut,
Raska, Risa)
Aut so ugari boru Napitupulu na tumubuhon au, dang martulang au tu
Napitupulu (Kalau tidak boru napitupulu yang melahirkanku, maka aku tidak memanggil paman kepada Marga Napitupulu)
Etika (Paradaton)
Tinintip sanggar bahen huru-huruan (Sanggar di arit, buat sangkar
burung)
Nisungkun marga asa binoto partuturon (Tanya marga, supaya tahu
kekerabatan).
Estetika (panimbangion) Hatian sora monggal, ninggala sibola tali.
2. Kebudayaan yang Nyata
2.1 Bahasa Dalam
kehidupan dan pergaulan sehari-hari, orang Batak menggunakan beberapa logat,
ialah: (1)Logat Karo yang dipakai oleh orang Karo; (2) Logat Pakpak yang
dipakai oleh Pakpak; (3) Logat Simalungun yang dipakai oleh Simalungun; (4)
Logat Toba yang dipakai oleh orang Toba, Angkola dan Mandailing.
2.2 Pengetahuan Orang Batak juga mengenal sistem
gotong-royong kuno dalam hal bercocok tanam. Dalam bahasa Karo aktivitas itu
disebut Raron, sedangkan dalam bahasa Toba hal itu disebut Marsiurupan.
Sekelompok orang tetangga atau kerabat dekat bersama-sama mengerjakan tanah dan
masing-masing anggota secara bergiliran. Raron itu merupakan satu pranata yang
keanggotaannya sangat sukarela dan lamanya berdiri tergantung kepada
persetujuan pesertanya.
2.3
Teknologi Masyarakat
Batak telah mengenal dan mempergunakan alat-alat sederhana yang dipergunakan
untuk bercocok tanam dalam kehidupannya. Seperti cangkul, bajak, tongkat
tunggal, sabit atau ani-ani. Masyarakat Batak juga memiliki senjata tradisional
yaitu, piso surit, piso gajah dompak (sebilah keris yang panjang), hujur,
podang. Unsur teknologi lainnya yaitu kain
ulos.
2.4 Organisasi Sosial
a. Perkawinan Pada
tradisi suku Batak seseorang hanya bisa menikah dengan orang Batak yang berbeda klan sehingga jika ada yang menikah dia
harus mencari pasangan hidup dari marga lain selain marganya. Apabila yang
menikah adalah seseorang yang bukan dari suku Batak maka dia harus diadopsi
oleh salah satu marga Batak (berbeda klan). Sebagai
mahar perkawinan saudara
mempelai wanita yang sudah menikah.
b. Kekerabatan Kelompok kekerabatan suku bangsa Batak
berdiam di daerah pedesaan yang disebut Huta. Biasanya satu Huta didiami oleh
keluarga dari satu marga. Ada
pula kelompok kerabat yang disebut marga taneh yaitu kelompok pariteral
keturunan pendiri dari Kuta. Marga tersebut terikat oleh simbol-simbol tertentu
misalnya nama marga. Mereka
dapat mengenali anggotanya melalui nama marga yang selalu disertakan dibelakang
nama kecilnya, Stratifikasi sosial orang Batak didasarkan pada empat prinsip
yaitu : (a) perbedaan tigkat umur, (b) perbedaan pangkat dan jabatan, (c)
perbedaan sifat keaslian dan (d) status kawin.
2.5
Mata Pencaharian Pada umumnya masyarakat Batak bercocok
tanam padi di sawah dan ladang. Lahan didapat dari pembagian yang didasarkan
marga. Setiap kelurga mandapat tanah tadi tetapi tidak boleh menjualnya. Selain
tanah ulayat adapun tanah yang dimiliki perseorangan. Perternakan juga salah satu mata
pencaharian suku batak antara lain perternakan kerbau, sapi, babi, kambing,
ayam, dan bebek. Sektor kerajinan juga berkembang. Misalnya tenun, anyaman
rotan, ukiran kayu, tembikar.
2.6
Kesenian Seni Tari yaitu Tari Tor-tor (bersifat
magis); Tari serampang dua belas (bersifat hiburan). Alat Musik tradisional :
Gong; Saga-saga. Hasil kerajinan tenun dari suku batak adalah kain ulos. Kain
ini selalu ditampilkan dalam upacara perkawinan, mendirikan rumah, upacara
kematian, penyerahan harta warisan, menyambut tamu yang dihormati dan upacara
menari Tor-tor. Kain adat sesuai dengan sistem keyakinan yang diwariskan nenek
moyang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar