PENYULUHAN HIV/AIDS DI
HKBP TAPIAN NAULI
Dalam
rangka memperingati Hari HIV/AIDS sedunia yang jatuh pada setiap 1 Desember dan
sebagai kepedulian terhadap seorang warga Dusun V di kampung Sahata, Batubara,
yang baru-baru ini meninggal akibat HIV/AIDS sekaligus untuk mengantisipasi
timbulnya HIV/AIDS bagi masyarakat lain. HKBP Tapian Nauli, Ressort Labuhan
Ruku, Distrik XIII Asahan Labuhan Batu meminta supaya di gereja mereka diadakan penyuluhan/penerangan
HIV/AIDS. Gereja yang terletak di Desa Sei Muka, Kec. Talawi, Kab. Batubara ini dilayani oleh Pdt M. Marbun dan Cal. Gr Rikardo
Silitonga.
Nicholaston
Purba, pemuda setempat, NHKBP Tanah Datar, mahasiswa STT HKBP Pematangsiantar,
memprakarsai kegiatan ini sekaligus mengajak orang-orang yang peduli tentang
HIV/AIDS diantaranya Erlina Pardede dari Komite Nasional Lutheran Worlf
Federation (KN-LWF) dan Pendeta HKBP, Pdt Sumurung Samosir Harianja sebagai
pembicara. Rombongan yang ikut melayani Fernando Sihotang, M. Sianturi, Murdani
Manullang dan Yeftalius Situmeang. Kunjungan ini juga menghadirkan L. Purba dan
Br. Manurung, penderita HIV/AIDS yang turut melayani dan memberi kesaksian. Warga
Jemaat HKBP Tapian Nauli cukup serius dan banyak remaja yang mengikuti seminar
ini dan bertanya tentang HIV/AIDS.
Keadaan HIV/AIDS
di Dusun V dan VII cukup memprihatinkan,
dimana di desa itu sudah ada terdeteksi tujuh rumah tangga terjangkit HIV/AIDS.
Dalam penyuluhan itu Ibu E. Pardede menekankan supaya masyarakat sekitar jangan
mengasingkan (mendiskriminasi) orang-orang yang menderita HIV/AIDS tetapi
mereka membutuhkan perhatian dan semangat. Gereja bekerja untuk menghilangkan
stigma atau pandangan yang buruk terhadap pasien.
Masyarakat
perlu mendapat pengenalan dan pengetahuan tentang HIV/AIDS supaya dapat
mencegah terjangkitnya HIV/AIDS. Masyarakat juga perlu mengenal gejala-gejala
penyakit HIV/AIDS supaya mendapatkan penanganan meskipun saat ini belum ada
obat yang menyembuhkan penyakit itu. Banyak korban yang tidak tahu bahwa
ternyata ia sudah mengidap. Masyarakat dan jemaat Gereja perlu sadar apa yang
boleh dilakukan dan apa yang tidak boleh terjadi pada saat berhadapan dengan
orang yang mengidap HIV/AIDS.
Melalui
kesempatan itu ibu E. Pardede menerangkan bahwa HIV (Human Immunodeficiency Virus) adalah virus yang menyerang sistem
kekebalan tubuh. Dan AIDS (Acquired
Immune Deficiency Syndrome) adalah kumpulan gejala penyakit karena
kekurangan sistem kekebalan tubuh. Virus HIV/AIDS banyak terdapat di dalam darah,
sperma, cairan vagina, dan sedikit pada air liur dan ASI.
Penularannya terjadi
bila jumlah HIV dalam darah cukup tinggi. Sedangkan cara penularannya dapat
terjadi melalui hubungan seksual (hetero/homo), transfusi darah, penggunaan
jarum suntik yang telah tercemar HIV, janin seorang ibu yang positif terkena
HIV. Perlu juga mewaspadai bahwa HIV/AIDS dapat menyerang orang tua, orang
muda, anak-anak dan dapat menyerang siapapun tanpa melihat pekerjaan ataupun
status sosialnya.
Tindakan
yang dapat kita lakukan antara lain: turut menyebarluaskan pengetahuan dan
informasi yang benar kepada masyarakat, menjauhi narkoba dan seks bebas,
menolak tindakan yang beresiko tertular HIV, transfusi darah yang harus steril,
menggunakan suntik atau pisau cukur yang steril dan hanya dipakai untuk diri
sendiri, menggunakan kondom bila perlu. Selain itu jangan mengucilkan
orang-orang yang mengidap HIV karena virus tidak akan menyebar lewat hubungan
sosial serta mereka juga perlu dukungan moril.
Pdt Sumurung Samosir
juga setuju dengan pendapat pembicara pertama bahwa orang-orang yang sudah
terjangkit HIV bukan untuk disingkirkan. Jika ada yang menyingkir dari orang
yang menderita seperti itu mirip dengan seorang Imam dan Lewi yang meninggalkan
orang yang kena rampok dan aniaya padahal mereka melihatnya sedangkan orang
Samaria mau membantu. HIV/AIDS terjangkit bukan karena mendekat kepada pasien
tetapi melalui gaya hidup yang sering ke tempat-tempat PSK sangat beresiko.
Oleh karena itu masyarakat jangan sembarangan melakukan hubungan seks untuk
mengurangi resiko terjangkit HIV/AIDS.(Yeftalius Situmeang)