DALIL
KE-37 MARTIN LUTHER DAN REFLEKSINYA
Oleh
Yeftalius Situmeang
Isi
dalil ke-37 Martin Luther ialah: “Setiap orang Kristen sejati, baik orang yang hidup maupun yang sudah
mati, mendapatkan bagian di dalam semua berkat Kristus dan Gereja yang
diberikan kepadanya oleh Allah, meskipun tanpa surat penghapusan dosa.”
Dalil
Luther sudah menjadi sejarah dunia. Namun pemikirannya masih tetap aktual
sampai saat ini dan sampai kapan pun. Luther adalah salah satu tokoh reformasi
Gereja. Penulis juga pernah mempelajarinya dalam mata kuliah Dogmatika II yang
diampu oleh Pdt. Dr. Pintor Sitanggang. Apa yang menarik dalam dalil Luther
ke-37 ini? Kita akan melihatnya terlebih dahulu sekilas dari latar belakangnya
dan mengambil hikmahnya.
Berawal dari latar
belakang sebuah hasutan atau usaha untuk mempengaruhi orang lain dengan cara
membuat orang lain diperdayakan yang terjadi di Jerman. Paus (Pope) Leo X menginginkan uang yang
dipakai untuk biaya pembelanjaan pembangunan halaman yang dikelilingi dinding atau
dengan kata lain disebut istana untuk bangunan gereja St. Petrus yang megah.
Penjualan indulgensia menyebabkan skandal besar-besaran dan dimanfaatkan oleh
sekelompok orang untuk mendapatkan kepentingan pribadi. Orang yang
didelegasikan/diutus Gereja Katholik Roma untuk menangani pelaksaan indulgensia
adalah Uskup Albert, Pemilih Mentz, dan seorang agen yang dipekerjakan oleh
Kebiaraan Dominikan yaitu John Tetzel. Mereka adalah sebagian orang jahat yang
menggelapkan uang gereja dengan cara mengelabui jemaat dengan modus membuat
surat indulgensia (surat penghapusan dosa yang bisa diperjualbelikan). Padahal
mereka mengambil kesempatan untuk memasukkan uang ke kantong atau rekening
mereka sendiri. (John Ritchie: Martin
Luther The Reformer, hlm. 45) Martin Luther menganggapnya sebagai
kesalahan, dan sebenarnya itu memang suatu bentuk kesalahan dan penipuan.
Apalagi pembuatan indulgensia tidak lagi sesuai dengan teologi keselamatan yang
diberikan Allah, oleh karena itulah Luther memprotes.
Melalui dalil ke-37
Luther menekankan 3 kajian yaitu: Pertama, “Kekristenan sesungguhnya adalah
dimana orang-orang percaya berada dalam rencana/kuasa berkat Kristus”. Kajian
ini menekankan hakikat posisi orang-orang percaya; Kristen yang sejati berada
dalam rencana/ kuasa berkat Kristus. Tentunya ini sangat menekankan teologi
keilahian Allah yang tidak dapat diganggu gugat.
Kedua, “Keselamatan
orang percaya berada dalam rencana berkat dan karunia Kristus kepada gereja-Nya”.
Anugerah menggerakkan Allah untuk mengaruniakan keselamatan kepada umat
manusia, penebusan oleh Yesus Kristus yang menimbulkan dan menghasilkan
keselamatan. Manusia yang dimaksud juga termasuk kepada persekutuan orang-orang
percaya dalam ruang lingkup Gereja. Luther menginginkan Paus Leo X di Roma
mengembalikan pemahaman keselamatan dalam Yesus Kristus.
Ketiga,
“Keselamatan itu adalah keselamatan yang universal dan orang-orang yang hidup
dan yang mati berada dalam rencana Allah melalui Kristus”. Yang sangat penting
dalam kajian ini adalah ajaran keselamatan (soteriologi) dan ingin menonjolkan
keilahian Yesus Kristus melalui karya penyelamatan. Anak manusia (Yesus
Kristus) datang untuk menyelamatkan yang hilang (Mat. 18:11). Kristus datang
untuk menyelamatkan orang berdosa (1 Tim. 1:15). Apa yang dilakukan oleh Yesus
didorong oleh kemurahan hati dan kasih Allah kepada dunia. Jadi pekerjaan
Kristus adalah satu kesatuan dengan karya Allah untuk tujuan keselamatan umat
manusia.
Refleksi
Semua yang dilakukan
oleh Luther merupakan reformasi atau pembaruan dalam gereja. Namun kata
pembaruan yang dimaksud dalam ini adalah pandangan Luther dan keyakinannya yang
kuat untuk menentang surat indulgensia. Luther tidak menyangkal bahwa pimpinan
Gereja merupakan penting namun jangan sampai melebihi kuasa Tuhan seperti
membuat indulgensia untuk mengampuni dosa dan kesalahan manusia. Luther
mengkritik bahaya yang disebabkan konspirasi kebusukan dan ketamakan gereja
katolik saat itu. Dia juga menjadi orang yang menginspirasi beberapa reformator
gereja seperti Philip Melancthon, Calvin, dll meskipun ajaran mereka tidak
sama.
Jika dikontekstualkan
pada masa kini konsep-konsep indulgensia yang dilakukan pada masa Paus Leo X,
secara sadar tidak sadar kita bisa melihat bentuk perlakuan seperti itu saat
ini. Pendapat ini tidaklah mutlak benar dan tidak semua pimpinan gereja
melakukannya. Namun secara tersirat bagi beberapa pelayan yang bersifat tamak,
pelayanan mereka cenderung lebih baik kepada orang-orang yang berada (ekonomi
lebih mapan), atau orang-orang yang disegani dan dihormati (status sosialnya
lebih tinggi) dan orang-orang yang berkedudukan tinggi (misalnya para pejabat).
Selain itu para pelayan mudah untuk mempengaruhi jemaat dengan mengandalkan
firman Tuhan untuk mencapai maksud-maksud tertentu. Secara psikologi, mereka
bisa saja menyenangkan hati para jemaat supaya jemaat juga merasa terberkati
lalu jemaat akan memberi umpan balik. Bahkan lebih radikalnya lagi apabila para
hamba Tuhan mendoktrin jemaat untuk memberikan harta dengan cara yang salah seperti
pembuatan indulgensia atau menawarkan pelayanan-pelayanan khusus namun niatnya
adalah mencari materi (harta benda). Itu merupakan ketidakadilan, namun dari
situ kita bisa melihat pembuatan indulgensia yang terselubung ada.
Apabila karena
indulgensia manusia memperoleh maka hal itu akan menyimpang dari keselamatan
yang diberikan Allah. Keselamatan adalah pekerjaan Trinitas yaitu Allah Bapa,
Putra dan Roh Kudus. Tuhan yang menjanjikan, hanya Tuhan yang mampu, dan
memberikan keselamatan kepada manusia. Inilah yang disebut perjanjian
penyelamatan dan anugerah dan berlaku hingga kekal. Jadi tidak ada kaitan
indulgensia dengan keselamatan dari Yesus, dari situ terlihat kesan bahwa surat
Tetzel itu dibuat-buat untuk mendapatkan dana yang besar. Dengan kata lain
mereka memaksakan pemahaman penghapusan dosa melalui surat dan itu tidak sesuai
lagi dengan ajaran keselamatan yang diberikan oleh Yesus Kristus.
Ringkasan ini adalah
pokok-pokok keselamatan dan alasan penolakan indulgensia, dan juga makna dari
inti sari iman yang dibuat oleh Luther dalam sebuah simbol yang disebut ‘Mawar
Luther’, yaitu: 1. Allah yang mengasihi manusia (Yoh. 3:16), 2. Semua manusia
adalah berdosa (Rom. 3:23), 3. Yesus menanggung hukuman kita (Rom. 5:8), 4. Yesus
bangkit dari kematian (Kor. 15:3-4), 5. Yesus menawarkan pengampunan dosa dan
hidup yang kekal (Kis. 16:30-31), dan 6. Keselamatan adalah cuma-cuma sebagai
pemberian Allah (Ef. 2:8-9).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar