11 Oktober 2013

DALIL KE-37 MARTIN LUTHER DAN REFLEKSINYA









DALIL KE-37 MARTIN LUTHER DAN REFLEKSINYA
Oleh Yeftalius Situmeang
            Isi dalil ke-37 Martin Luther ialah: “Setiap orang Kristen sejati, baik orang yang hidup maupun yang sudah mati, mendapatkan bagian di dalam semua berkat Kristus dan Gereja yang diberikan kepadanya oleh Allah, meskipun tanpa surat penghapusan dosa.
            Dalil Luther sudah menjadi sejarah dunia. Namun pemikirannya masih tetap aktual sampai saat ini dan sampai kapan pun. Luther adalah salah satu tokoh reformasi Gereja. Penulis juga pernah mempelajarinya dalam mata kuliah Dogmatika II yang diampu oleh Pdt. Dr. Pintor Sitanggang. Apa yang menarik dalam dalil Luther ke-37 ini? Kita akan melihatnya terlebih dahulu sekilas dari latar belakangnya dan mengambil hikmahnya.
Berawal dari latar belakang sebuah hasutan atau usaha untuk mempengaruhi orang lain dengan cara membuat orang lain diperdayakan yang terjadi di Jerman. Paus (Pope) Leo X menginginkan uang yang dipakai untuk biaya pembelanjaan pembangunan halaman yang dikelilingi dinding atau dengan kata lain disebut istana untuk bangunan gereja St. Petrus yang megah. Penjualan indulgensia menyebabkan skandal besar-besaran dan dimanfaatkan oleh sekelompok orang untuk mendapatkan kepentingan pribadi. Orang yang didelegasikan/diutus Gereja Katholik Roma untuk menangani pelaksaan indulgensia adalah Uskup Albert, Pemilih Mentz, dan seorang agen yang dipekerjakan oleh Kebiaraan Dominikan yaitu John Tetzel. Mereka adalah sebagian orang jahat yang menggelapkan uang gereja dengan cara mengelabui jemaat dengan modus membuat surat indulgensia (surat penghapusan dosa yang bisa diperjualbelikan). Padahal mereka mengambil kesempatan untuk memasukkan uang ke kantong atau rekening mereka sendiri. (John Ritchie: Martin Luther The Reformer, hlm. 45) Martin Luther menganggapnya sebagai kesalahan, dan sebenarnya itu memang suatu bentuk kesalahan dan penipuan. Apalagi pembuatan indulgensia tidak lagi sesuai dengan teologi keselamatan yang diberikan Allah, oleh karena itulah Luther memprotes.
Melalui dalil ke-37 Luther menekankan 3 kajian yaitu: Pertama, “Kekristenan sesungguhnya adalah dimana orang-orang percaya berada dalam rencana/kuasa berkat Kristus”. Kajian ini menekankan hakikat posisi orang-orang percaya; Kristen yang sejati berada dalam rencana/ kuasa berkat Kristus. Tentunya ini sangat menekankan teologi keilahian Allah yang tidak dapat diganggu gugat.
Kedua, “Keselamatan orang percaya berada dalam rencana berkat dan karunia Kristus kepada gereja-Nya”. Anugerah menggerakkan Allah untuk mengaruniakan keselamatan kepada umat manusia, penebusan oleh Yesus Kristus yang menimbulkan dan menghasilkan keselamatan. Manusia yang dimaksud juga termasuk kepada persekutuan orang-orang percaya dalam ruang lingkup Gereja. Luther menginginkan Paus Leo X di Roma mengembalikan pemahaman keselamatan dalam Yesus Kristus.
            Ketiga, “Keselamatan itu adalah keselamatan yang universal dan orang-orang yang hidup dan yang mati berada dalam rencana Allah melalui Kristus”. Yang sangat penting dalam kajian ini adalah ajaran keselamatan (soteriologi) dan ingin menonjolkan keilahian Yesus Kristus melalui karya penyelamatan. Anak manusia (Yesus Kristus) datang untuk menyelamatkan yang hilang (Mat. 18:11). Kristus datang untuk menyelamatkan orang berdosa (1 Tim. 1:15). Apa yang dilakukan oleh Yesus didorong oleh kemurahan hati dan kasih Allah kepada dunia. Jadi pekerjaan Kristus adalah satu kesatuan dengan karya Allah untuk tujuan keselamatan umat manusia.
Refleksi
Semua yang dilakukan oleh Luther merupakan reformasi atau pembaruan dalam gereja. Namun kata pembaruan yang dimaksud dalam ini adalah pandangan Luther dan keyakinannya yang kuat untuk menentang surat indulgensia. Luther tidak menyangkal bahwa pimpinan Gereja merupakan penting namun jangan sampai melebihi kuasa Tuhan seperti membuat indulgensia untuk mengampuni dosa dan kesalahan manusia. Luther mengkritik bahaya yang disebabkan konspirasi kebusukan dan ketamakan gereja katolik saat itu. Dia juga menjadi orang yang menginspirasi beberapa reformator gereja seperti Philip Melancthon, Calvin, dll meskipun ajaran mereka tidak sama.
Jika dikontekstualkan pada masa kini konsep-konsep indulgensia yang dilakukan pada masa Paus Leo X, secara sadar tidak sadar kita bisa melihat bentuk perlakuan seperti itu saat ini. Pendapat ini tidaklah mutlak benar dan tidak semua pimpinan gereja melakukannya. Namun secara tersirat bagi beberapa pelayan yang bersifat tamak, pelayanan mereka cenderung lebih baik kepada orang-orang yang berada (ekonomi lebih mapan), atau orang-orang yang disegani dan dihormati (status sosialnya lebih tinggi) dan orang-orang yang berkedudukan tinggi (misalnya para pejabat). Selain itu para pelayan mudah untuk mempengaruhi jemaat dengan mengandalkan firman Tuhan untuk mencapai maksud-maksud tertentu. Secara psikologi, mereka bisa saja menyenangkan hati para jemaat supaya jemaat juga merasa terberkati lalu jemaat akan memberi umpan balik. Bahkan lebih radikalnya lagi apabila para hamba Tuhan mendoktrin jemaat untuk memberikan harta dengan cara yang salah seperti pembuatan indulgensia atau menawarkan pelayanan-pelayanan khusus namun niatnya adalah mencari materi (harta benda). Itu merupakan ketidakadilan, namun dari situ kita bisa melihat pembuatan indulgensia yang terselubung ada.
Apabila karena indulgensia manusia memperoleh maka hal itu akan menyimpang dari keselamatan yang diberikan Allah. Keselamatan adalah pekerjaan Trinitas yaitu Allah Bapa, Putra dan Roh Kudus. Tuhan yang menjanjikan, hanya Tuhan yang mampu, dan memberikan keselamatan kepada manusia. Inilah yang disebut perjanjian penyelamatan dan anugerah dan berlaku hingga kekal. Jadi tidak ada kaitan indulgensia dengan keselamatan dari Yesus, dari situ terlihat kesan bahwa surat Tetzel itu dibuat-buat untuk mendapatkan dana yang besar. Dengan kata lain mereka memaksakan pemahaman penghapusan dosa melalui surat dan itu tidak sesuai lagi dengan ajaran keselamatan yang diberikan oleh Yesus Kristus.
Ringkasan ini adalah pokok-pokok keselamatan dan alasan penolakan indulgensia, dan juga makna dari inti sari iman yang dibuat oleh Luther dalam sebuah simbol yang disebut ‘Mawar Luther’, yaitu: 1. Allah yang mengasihi manusia (Yoh. 3:16), 2. Semua manusia adalah berdosa (Rom. 3:23), 3. Yesus menanggung hukuman kita (Rom. 5:8), 4. Yesus bangkit dari kematian (Kor. 15:3-4), 5. Yesus menawarkan pengampunan dosa dan hidup yang kekal (Kis. 16:30-31), dan 6. Keselamatan adalah cuma-cuma sebagai pemberian Allah (Ef. 2:8-9).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar