08 Agustus 2013

STT HKBP PEMATANG SIANTAR GIAT MENGEMBANGKAN BAKAT MAHASISWA



 

STT HKBP PEMATANG SIANTAR GIAT MENGEMBANGKAN BAKAT MAHASISWA
Oleh: Yeftalius Situmeang
            STT HKBP Pematangsiantar mempunyai banyak potensi, begitu juga dengan mahasiswa-mahasiswi di dalamnya mempunyai banyak bakat dan minat. STT HKBP adalah Sekolah Tinggi yang menggumuli ilmu teologi dan tempat mempersiapkan diri bagi para calon pelayan Tuhan dalam hal ini pendeta. Di sini para mahasiwa dituntut untuk belajar secara akademik, tetapi mereka juga bisa berkarya dalam non akademik. Mahasiwa/i mempunyai bakat yang penting untuk dirinya, untuk orang lain, dan untuk pelayanan di masa depan. Di kampus yang berada di bawah naungan HKBP ini menyadari akan adanya kemampuan itu, oleh karena itulah kampus ini mengadakan kegiatan-kegiatan seperti Piala Mahasiswa, Kegiatan Olahraga dan Seni Mahasiswa (KORSWA) yang diadakan sekali setiap tahun, dan kegiatan-kegiatan lain. Korswa ada sejak tahun 1984 dan tahun 2013 kegiatan ini sudah sampai pada pelaksanaan yang ke-29 dan bertepatan dengan perayaan Dies Natalis STT HKBP Pematangsiantar yang ke- 35.
            Tahun ini panitia mengambil tema “Wake up” (Yes. 60:1) yang berarti bangun, bangkit. Pelaksanaan Korswa tahun ini berpusat pada pengembangan talenta mahasiswa. Bentuk-bentuk kegiatan mahasiswa itu sudah terbilang banyak, tetapi pertanyaan refleksi yang perlu dijawab apakah tujuan event-event demikian sudah efektif? Atau Korswa adalah lomba tahunan yang bersifat persaingan sementara?. Saya rasa tidak, karena Korswa mempunyai tujuan yang lebih berharga, penting dan kegunaannya pun banyak. Korswa memiliki nilai-nilai seperti persahabatan, uji mental, persaingan sehat dan pengembangan bakat. Setiap perlombaan memiliki tujuan dan fungsi masing-masing serta mempunyai makna teologis tersendiri dan disadari atau tidak Korswa berpengaruh terhadap kehidupan sehari-hari mahasiswa.
            Menurut saya fokus pembicaraan bakat dan minat STT HKBP Pematangsiantar bukan hanya pada saat pelaksanaan Korswa, tetapi bagaimana semua pihak dalam hal ini dosen dan mahasiswa bekerja sama dalam menggali potensi tersebut untuk dikembangkan dalam kehidupan sehari-hari. Di luar kegiatan formal perkuliahan ada baiknya kita melihat beberapa fenomena mahasiswa STT HKBP Pematangsiantar dalam mengembangkan bakat mereka. Beberapa orang mahasiswa yang mempunyai bakat menyanyi telah bergabung dalam Paduan Suara Mahasiswa (PSM) dan sebagian lagi masuk ke PS Euangelion. Hal ini perlu diapresiasi karena mahasiswa telah berani mengembangkan dirinya. Meskipun mahasiswa harus tinggal di asrama, bukan berarti karya mereka tidak bisa berkembang di luar. Karena tantangan masa depan semakin rumit, para mahasiswa juga ditantang untuk bisa melayani di luar, tetapi dengan syarat mahasiswa harus mampu mengutamakan perkuliahan dan belajar teologi, serta mempersiapkan diri sebelum menjadi pelayan.
Selain itu beberapa mahasiswa membuat kerajinan tangan dan menjualnya dengan usaha sendiri. Contohnya beberapa mahasiswa ikut membuat bunga pada saat acara wisuda, gantungan kunci, gelas hias, hiasan lampu, kolam ikan dan usaha-usaha lain yang bernilai seni dan ekonomis. Tidak hanya itu di bidang kepribadian, pada masa kini manusia sudah dibantu dengan teknologi. Salah satunya fungsi facebook untuk mahasiwa, mahasiswa/i sangat sering mengutarakan emosi, pengalaman, refleksi mereka yang berhubungan dengan teologi, filsafat, renungan, khotbah, kritik, sindiran, dll. Sehingga saya melihat ini adalah salah satu peluang yang baik untuk membuat suatu komunitas diskusi atau forum-forum diskusi bagi mereka yang berminat dan memiliki hobi yang sama.
            STT HKBP mempunyai majalah-majalah, buku-buku yang dibuat oleh para dosen yaitu Jurnal Teologi Vocatio Dei dan L-SAPA. Tetapi salah satu konsep yang sangat bagus adalah pembuatan majalah kampus (contohnya, majalah mahasiswa atau majalah barak) yang memuat aspirasi-aspirasi mahasiswa secara permanen (menetap) dan berkesinambungan karena yang terjadi adalah mahasiswa membuat tulisan-tulisan atau artikel hanya pada saat perlombaan. Pada hal peluang untuk membuat majalah mahasiswa itu ada karena mahasiswa/i STT HKBP terbilang sudah terbiasa dengan latihan-latihan yang diberikan oleh bapak ibu dosen. Tidak ada salahnya apabila masalah-masalah yang diangkat adalah pelajaran yang sudah dibahas di kelas. Karena dengan demikian berarti mahasiswa/i itu sudah menggumuli apa yang sudah dipelajarinya. Terlepas dari isi dan kualitas yang sudah baik, setidaknya mahasiswa bisa belajar menulis lewat majalah kampus. Tentunya hal ini sangat cocok dengan motto dan prinsip kampus ini yaitu Pengajaran, Penelitian, dan Pengabdian.
Baru-baru ini di STT HKBP, beberapa mahasiswa juga berminat dalam mengembangkan kecintaan mereka terhadap alam yang mereka perlihatkan lewat pembentukan Mateopala (Mahasiswa Teologi Pecinta Alam). Hal ini merupakan sesuatu yang penting karena teologi juga turut bertanggungjawab dan memperhatikan lingkungan hidup (ekologi). Namun sampai saat ini belum ada kepastian dari eksistensi dan kegiatan organisasi itu tersebut, mungkin mereka harus terlebih dahulu mendapat izin dan dukungan dari Perguruan Tinggi. Tetapi perlu dipertimbangkan untuk menunjukkan kecintaan terhadap alam itu bisa terlihat dalam kehidupan sehari-hari dan tidak harus membuat program yang besar tetapi tidak dapat diaktualisasikan. Seorang pecinta lingkungan yang sejati harus mulai dari hal-hal yang kecil, misalnya tidak membuang sampah sembarangan, dll.
            STT HKBP bisa berbangga karena memiliki banyak mahasiswa yang memiliki talenta-talenta. Talenta itu merupakan anugerah Tuhan. Talenta juga bisa mengarahkan kehidupan seseorang, misalnya jika mahasiswa pada saat kuliah memainkan alat-alat musik maka ada kemungkinan dia akan menjadi pendeta yang berfokus pada musik seperti memainkan organ, trompet, saksofon, tataganing, biola, seruling, harmonika, dan sebagainya. Jika mahasiswa pada saat kuliah sangat serius dalam perkuliahan dan selalu berpikiran akademis maka kemungkinan dia akan menjadi dosen. Ada juga mahasiswa yang sangat aktif di gereja, sewaktu kuliah mereka sudah melayani seperti mengajar anak sekolah minggu, mengiringi musik di gereja, mengajar remaja yang akan naik sidi, mengajar koor, dll maka kemungkinan dia akan menjadi pendeta yang kreatif. Sebagian mahasiswa sangat rapi dan cekatan dalam administrasi, maka mereka berpeluang bekerja di staf tata administrasi. Ada mahasiswa yang sangat suka untuk berjualan sehingga mereka perlu diarahkan dalam tata usaha. Mungkin ada mahasiswa yang suka ribut-ribut tetapi bisa saja mereka nantinya adalah orator-orator yang hebat atau mereka akan menjadi aktivis dan pejuang sosial. Ada tipe mahasiswa yang sangat suka berorganisasi dan sibuk untuk kegiatan di luar kampus dan selalu menunjukkan mobilitas yang tinggi, dll.
            Namun hal-hal di atas bukan mutlak akan terjadi karena itu bisa berubah karena psikologi, lingkungan dan situasi tertentu. Ini sesuai dengan bahasa teologis yang mengatakan manusialah yang berencana tetapi Tuhan yang berkehendak. Menurut saya tidak ada yang salah dengan apa yang disukai dan dilakukan oleh mahasiswa karena itu adalah bagian dari pelayanan dan sangat penting untuk menambah wawasan dan pengalaman para mahasiswa. Tujuan, sasaran, dan target dari mahasiswa itu sendiri haruslah jelas oleh karena itulah mahasiswa/i harus mempunyai pedoman. Memang motivasi, proses dan hasil akhir dari setiap mahasiswa pasti akan berbeda. Ada mahasiswa yang berorientasi untuk mendapatkan nilai yang tinggi-tinggi tetapi mereka lupa mengembangkan bakat mereka. Sebaliknya ada mahasiswa yang berfokus kepada bakat-bakat mereka tetapi perkuliahannya terlantar. Namun satu hal yang harus dipegang adalah jangan sampai ada mahasiswa yang lari dari teologi.
Terkadang ada suatu dilema dan ambiguitas dalam hati dan pikiran mahasiswa yaitu manakah yang harus diutamakan hobi mereka atau perkuliahan. Dalam hal ini semuanya penting dan tidak ada istilah nomor dua. Kedua potensi mahasiswa itu harus seimbang dan ideal. Karena sesungguhnya belajar bukan hanya membuat orang untuk menjadi pintar, belajar bukan hanya untuk menghafal banyak teori, tetapi belajar juga bertujuan untuk mengembangkan pikiran, membuat inovasi, melakukan sesuatu pembaharuan untuk kehidupan yang lebih baik, membentuk karakter, mental dan moral yang baik, dan tujuan yang sangat penting adalah spritualitas yang sehat yaitu percaya dan taat kepada Allah. Melalui korswa, mahasiswa diberdayakan untuk mengasah dan menunjukkan talenta masing-masing.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar