22 April 2014

RADEN ADJENG KARTINI







MENGENANG RADEN ADJENG KARTINI
Oleh: Yeftalius Situmeang
(Tulisan ini didedikasikan kepada Ibunda saya yang tercinta St. S. Hutagalung, cinta saya yang belum dapat-dapat, dan seluruh perempuan di manapun berada).
            Hari Kartini dirayakan setiap 21 April untuk mengenang Raden Adjeng Kartini yang lahir pada 21 April 1879 di Jepara, Jawa Tengah. Kartini dikenal sebagai Pahlawan Nasional Indonesia dan pelopor kebangkitan perempuan pribumi.
            Pada saat Kolonial Belanda peraturan yang berlaku adalah masyarakat umum tidak bisa sekolah dan yang bisa merasakan pendidikan adalah keturunan bangsawan ditambah lagi dengan batasan perempuan tidak bebas untuk sekolah. Tetapi karena Kartini adalah putri Bupati maka ia diperbolehkan sekolah di ELS (Europese Lagere School), di sinilah kesempatan Kartini untuk belajar terutama bahasa Belanda.
Ia membangun jaringan dengan teman-teman korespondensi yang berasal dari Belanda. Mereka saling mengirim surat, salah satu temannya adalah Rosa Abendanon. Melalui buku-buku, koran, dan majalah Eropa ia mendapatkan inspirasi bahwa cara berpikir perempuan Eropa sangat maju sehingga ia bertekad untuk memperjuangkan perempuan pribumi yang berada dalam belenggu kebodohan dan harkat martabat yang rendah.
            Ia meninggal di Rembang, Jawa Tengah, 17 September 1904 pada usia 25 tahun. Apa yang membuat Kartini dikenang sampai hari ini? Kartini telah berjasa dalam emansipasi wanita dan turut memperjuangkan kepentingan masyarakat umum. Berkat kerja keras dan dukungan suaminya Kartini berhasil mendirikan Sekolah Wanita di Rembang (sekolah itu sekarang digunakan sebagai Gedung Pramuka).
Setelah dia mempelopori sekolah wanita pertama di Indonesia, maka banyak yang terdorong untuk mengikutinya diantaranya Van Deventer seorang tokoh Politik Etis yang mendirikan Yayasan Kartini. Lalu Yayasan Kartini mendirikan sekolah-sekolah wanita di Surabaya, Yogyakarta, Malang, Madiun, Cirebon dan banyak daerah lainnya. Selain itu ia membuat inspirasi dan perjuangan-perjuangannya dalam menuntut kesamaan hak antara laki-laki dan perempuan melalui tulisan-tulisannya.
            Emansipasi wanita yang dikembangkan oleh Kartini, tapi pada masa kini lebih sering disebut dengan istilah kesetaraan gender tetapi isi paradigmanya pada umumnya sama. Kesetaraan gender pada hakekatnya menuntut keadilan supaya laki-laki dan perempuan mendapatkan kesetaraan dalam hak azasi manusia termasuk dalam bidang politik, ekonomi, sosial, budaya, dan dalam semua bidang kehidupan. Bahkan dalam keagamaan sendiri perjuangan perempuan mendapat sorotan tersendiri yang dikembangkan dalam teologi feminis.
Sejarah kesetaraan gender dalam teologi berkembang sejak pertengahan tahun 1960-an oleh para teolog wanita seperti Rosemary Radford Ruether, Letty M. Russell dan Elizabeth Schüssler Fiorenza, dan lain-lain. Teologi kesetaraan gender berkembang dengan corak yang berbeda, tetapi pada intinya teologi ini telah mengangkat harkat perempuan agar sederajat dengan pria. Hal itu terlihat dari negara-negara sudah memiliki banyak politisi wanita dan sudah menjadi kepala beberapa instansi.
Contoh lain yang bisa kita lihat dalam bidang politik, perempuan yang pernah menjadi Presiden Indonesia yaitu Megawati Sukarno Putri. Selain dia ada beberapa nama lagi seperti, Suryatati sebagai Wali Kota berhasil dalam memimpin Tanjungpinang lebih baik, Wali Kota Surabaya Tri Rismaharani, Bupati Karang Anyar Rina Iriani, Nurul Arifin, Retno L.P Marsudi, Eva Kusuma Sundari, Nova Rianti Yusuf, dan lain-lain. Di tingkat internasional ada nama seperti Sri Mulyani Indrawati yang sekarang menjabat sebagai Managing Director di Bank Dunia. Meskipun sewaktu Menteri Keuangan di Indonesia ia terlibat kasus Bank Century. Di kalangan artis banyak perempuan Indonesia yang telah mendunia seperti Agnes Monica, Anggun, dll. Tidak kalah dengan seorang motivator asal Indonesia Merry Riana yang bekerja di Singapura. Tidak hanya dalam politik, perempuan Indonesia juga berkiprah dalam bidang Ekonomi, Sosial, Seni Budaya Hukum, Pers, Teknologi, Kesehatan dan Olah Raga.
Munculnya paham kesetaraan gender dan sejenisnya ini mempunyai dasar dan dampak yang kuat, bahkan disatu sisi akan mempengaruhi sistem paternalisme atau patriarkal. Patriarkal yang cenderung dengan paham segala sesuatu yang berhubungan dengan kebapakan dan penuh dengan dominasi para laki-laki. Padahal tidak bisa ditutupi peran perempuan dalam setiap kehidupan terutama dalam tugas mengurus rumah tangga. Peningkatan kesetaraan gender akan semakin membuka peluang yang besar bagi kemajuan para perempuan dalam politik. Setelah diresmikannya UU Pemilu 2003 Pasal 65 Ayat 1 yang menyatakan batas minimal keterwakilan perempuan sebagai anggota DPR/DPRD dari setiap partai adalah 30% maka ada kemungkinan pada Pemilu 2014 akan meningkatnya jumlah politisi wanita atau caleg. Selain itu program PKK juga semakin memberdayakan para perempuan sekarang.
Perkembangan kesetaraan hak adalah hal yang perlu didukung, tetapi perlu dipertimbangkan supaya perempuan tidak lupa mengevaluasi diri termasuk mengevalusi:
Pertama, sistem feminis yang akan dikembangkan supaya tidak sampai menimbulkan superioritas yang radikal dan fanatis gender yang bisa menindas gender lain. Jika di atas telah dipaparkan tentang kehebatan perempuan maka dibutuhkan suatu evaluasi untuk perempuan. dalam beberapa hal kesetaraan gender akan berbenturan dengan kebudayaan yang masih bersifat patriarkal yang ada dalam budaya daerah tertentu.
Kedua, Kemajuan perempuan membuat peluang meningkatnya jumlah korupsi yang dilakukan oleh perempuan. Kemajuan yang disalah gunakan itu akan membuat citra perempuan semakin buruk terkhusus dalam pekerjaan birokrat. Belakangan ini yang sering terjadi adalah perempuan-perempuan terlibat dalam skandal penyuapan dan korupsi. Pada tanggal 29 Juli 2008 Artalyta Suryani alias Ayin tersangka dalam kasus penyuapan jaksa kasus Bantuan Likuiditas Bank Indonesia (BLBI). Artalyta dinyatakan bersalah atas penyuapan terhadap Ketua Tim Jaksa Penyelidik Kasus BLBI Urip Tri Gunawan senilai 660.000 dolar AS.
Pada 26 Januari 2012 Miranda Swaray Gultom resmi jadi tersangka cek pelawat dan terbukti menyuap Anggota Komisi IX DPR periode 1999-2004 dalam pemilihan Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia. Selain itu KPK juga menetapkan Angelina Sondakh sebagai tersangka dalam kasus korupsi dan suap dalam proyek Wisma Atlet di Palembang sejak Jumat, 3 Februari 2012. Nunun Nurbaeti dalam kasus dugaan suap Cek Pelawat pemilihan Deputi Gubernur Senior BI yang hingga saat ini tidak diekspos lagi. Mereka yang terlibat adalah perempuan-perempuan yang memegang jabatan penting dan figur publik yang seharusnya menunjukkan teladan bagi masyarakat umum dan bukan untuk merugikan citra perempuan.
“Tanpa perempuan tidak ada ibu, tanpa ibu tidak ada kita, karena darimana kita lahir?”. Dari situ kita bisa melihat perempuan merupakan citra Allah yang mulia yang semakin cantik jika ia mampu menjaga citranya.

25 Februari 2014

Cerpen Bahasa Batak: SADA BIBEL NAMPUNANA SANDIRI






SADA BIBEL NAMPUNANA SANDIRI
            Ucok anak kalas sada SD na baru masuk tu sikola. Ibana ingkon tinggal di asrama do ala dao do parsingkolaan sian huta nasida.
Nunga sahat ibana di asrama ni sikola na di ari Sabtu. Senin bot ari nai, dang boi tarpodom ibana. Sai marhusari do rohana ada dang adong Bibelna. Sai busisaon ma ibana di podomanna.
            Nantuari di sikola minggu, didokhon guruna do, “Sude hamu dakdanak nami nampuna Bibel martuduma timbo-timbo!.” Sude dakdanak mangangkat Bibel nasida be. Holan si Ucok ma na so adong Bibel na.
            Nangkin manogot, ari parjolo masuk sikola, angka dakdanak masuk kalas nasida.
            “Ganup ari ingkon dimulai do dohot manjaha Bibel jala sude dakdanak ingkon mamboan bibelna sandiri.” ninna guruna.
            Sai diingot ibana ma i bahenna sai busisaon ibana di podomanna i. Aha do na ingkon ulahononna? Dangadong Bibelna jala dangadong hepengna laho manuhor. Tompu ma ro pamingkirion. Dung i dipatigor ibana ma parpeakna, jala mengkel supik sandiri ibana. Gabe boi ma ibana modom.
            Marsogot nai, si Warneck dohot Horas, dongan sa kamar di asrama ni si Ucok, marlojong tu uluan ni asrama. Tung mabiar do nasida idaon.
            “Mago si Ucok,” ninna si Warneck. “Nunga hulului hami manang tudia.”
            “Nunga dilului hamu tu sude asrama dohot tu inganan paridian?” sungkun-sungkun ina asrama i.
            “Olo inong, nunga hulului hami manang tudia,” ninna si Horas.
            Dohot ma ina asrama i mangalului si Ucok, hape dang dapot. Laho ma inang i tu panjaga asrama na asing.
            “Adong nangkin diida hamu si Ucok mulak?” Disungkun inanta i.
            “Daong,” ninna panjaga asrama i. “dangadong namangido mulak.”
            “Na so tarida do si Ucok na baru masuk i ?” ninna uluan ni sikola i topet dibege ibana panghataion i. “Na mulak do ra i tu hutana, ala huida nasogot hira pungkul lima adong do motor (mobil) maradi di harbangan ni sikola i, alai lului hamu ma jolo. ”ninna ma tu ina asrama dohot panjaga asrama i.
Sahali nai dilului nasida ma di humaliang ni asrama i, alai tongtong do dang jumpang si Ucok.
Panjaga asrama i manjou ama Marulam, panapu di sikola i. “Didokhon uluan ni sikola i nangkin, nasogotan hirahira pungkul lima nangkin, adong do motor maradi di harbangan ni sikola. Ra nunga mulak si Ucok, murid kalas sada i, tu hutana mangihut tu motor i, ihuthon ma ibana muse pangke motor paduahon jala lului ma ibana!.”ninna panjaga asrama i laos manuru ama Marulam.
Laho ma ama Marulam tu motor paduahon. Adong do tolu jom ibana di bagasan pardalanan sahat tu sirpang laho tu huta ni si Ucok. Sian i mardalan pat dope ama Marulam hira-hira sada kilometer nai tu jabu ni si Ucok. Toho ma tutu, dapotna ma si Ucok di jabuna. Si Ucok manompang motor alai ndang manggarar ongkos jala mardalan pat ma muse tu jabuna.
“Ucok, boasa lari ho?” sungkun ni ama Marulam, “Ai, ndang sikola ho?”
“Ndang lari au,” ninna si Ucok. “Mulak au naeng mangalap Bibel do.”
“Alai boasa ndang didokhon ho manang tu ise paboa namulak ho?” sungkun ni ama Marulam.
“Daong!” ninna si Ucok tompu. “Ro dope au tibu, na porlu do di au Bibel.” Ninna ma muse mangalusi dohot lambok.
“Dang boi boanonmu Bibel sian jabu on, anaha.” ninna ama Marulam. “Boha annon natorasmu dohot angka hahamu? Nasida pe porlu do Bibel. Ndang boi buatonmu Bibel nasasadaon.”
Gabe gale ma roha ni si Ucok. “Olo tahe” ninna di bagasan rohana. Boi do ibana mulak tu sikola nang pe so mamboan sada Bibel? Murhing do bohina jala ndang tabo panghilalaanna.
“Ucok, mulak ma hita tu sikola, pos do rohangku ina asrama boi mangurupi ho mandapothon sada Bibel.”
Marsogot nai, ama Marulam dohot Ucok mulak ma tu asrama sikola jala mangadopi panjaga asrama.
“Boasa lari ho, Ucok?” disungkun panjaga asrama i. “Harop do roha nami, mian nian roham tinggal di asrama on.” Diantusi si Ucok do panghataion i, ndang boi ibana mulak anggo so dipaboa parjolo. Gabe ninna ibana ma mangalusi: “Sala do au disi, ndang adong rohaku laho lari. Mulak pe au laho mangalap Bibel do.”
“Didia ma Bibel i, Ucok?” sungkun ni panjaga asrama.
“Ndang adong,” ninna si Ucok dohot gale, “Holan sada do Bibel nami, i pe pangkeon ni halak bapa dohot oma do i dohot angka hahaku. Urupi ma ahu, boha do asa adong Bibelhu?”
“Jumpangi ma ina asrama, Ucok,” ninna panjaga asrama i. “Hupingkiri hami pe hatami. Annon dung mulak sikola, tahatai pe i muse ate.” Hobas ma ibana laho mangadopi ina asrama. Mangido maaf ma ibana ala nunga busisaon sude dibahen ibana jolma na adong disi. Sadari i sai hira na ganjang hian do tarhilala.
Ujungna dijou ina asrama dohot uluan ni sikola ma ibana.
“Ucok, olo do hami mangurupi ho” ninna ina asrama, dung i naeng dibuat ma Bibel sian lamari.
“Dang Bibel leanon nami”. Tompu ma mangkuling uluan ni sikola i.
Dung i diuduti ibana ma muse mandok: “Alai boi do hami mangalehon karejo tu ho. Nuaeng musim udan, gabe gok oma ma dalan i jala manutupi dalan. Molo olo do ho mangurupi ama Marulam paiashon dohot manitip oma i asa dalan tu sikola dohot asrama lobi tu dengganna dope. Jala muse bidang do alaman ni sikola on, hape holan ama Marulam do pasaehon. Hulehon hami pe dua pulu ribu rupia di bagasan satonga jom, marhite hepeng naung pinapungumi gabe boi ma ho manuhor Bibel. Boha, olo do ho mangulahon i?”
“Bah, olo amang, huulahon pe. Di huta pe olo do diboan au tu ladang.” ninna Si Ucok dohot las ni roha.
“Andorang so adong Bibelmu pangke ma jolo Bibel na sian asrama on.” Tamba ni hata ni uluan ni sikola i.
Dung pigapiga minggu ibana sikola huhut mangurupi, gabe adong ma hepengna godang so sadia, jala nunga sae laho manuhor Bibel i. Dang holan sae be tahe, gariada adong dope lobi hepengna i.
Gabe adong ma ulaon ni si Ucok dung mulak sikola, angkup ni i gabe mian ma rohana jala lam tamba ma lomo di rohana tu asrama dohot sikola i. Manogot sahat tu arian, sikola do ibana. Dung mulak sikola masuk ma tu asrama laho mangan tugo dohot maradi satongkin. Molo dung jumpang pungkul tolu dohot ma ibana mangurupi ama Marulam laho paiashon sikola i. Molo dung jumpang borngin marsiajar ma ibana, panghorhon ni halalas ni rohana dohot mangarajumi godang ni pangurupion dohot pasupasu na jinalona.

04 Februari 2014

ANAK-ANAK DAN MASA DEPAN (Puisi)


Anak-anak dan Masa Depan
Oleh Yeftalius Situmeang
“Anak-anak kita, bukanlah milik kita.
Mereka adalah anak-anak kehidupan
yang merindukan kehidupannya sendiri”
Demikianlah Kahlil Gibran pernah berucap.
Ya, benar! Sekarang mereka butuh penghidupan.
Esok hari, siapa yang tahu kekuatan mereka seperti apa.
Jika ada rambut putih lupa senyum pada anak kecil,
Mungkin ia perlu disegarkan bahwa ia adalah anak-anak masa lampau.
Anak-anak adalah hidup masa depan,
ia adalah kekuatan yang masih tersimpan
yang ’kan terbentuk sesuai waktu dan peristiwanya.
Jika kita ingin melihatnya terbang,
jangan patahkan sayapnya.
Jika kita ingin melihatnya bertumbuh,
pupuklah ia, berilah dia air,
tunjukkan dia sinar matahari,
maka kelak ia akan berbuah.

28 Januari 2014

PENYULUHAN HIV/AIDS DI HKBP TAPIAN NAULI



PENYULUHAN HIV/AIDS DI HKBP TAPIAN NAULI
            Dalam rangka memperingati Hari HIV/AIDS sedunia yang jatuh pada setiap 1 Desember dan sebagai kepedulian terhadap seorang warga Dusun V di kampung Sahata, Batubara, yang baru-baru ini meninggal akibat HIV/AIDS sekaligus untuk mengantisipasi timbulnya HIV/AIDS bagi masyarakat lain. HKBP Tapian Nauli, Ressort Labuhan Ruku, Distrik XIII Asahan Labuhan Batu meminta supaya di gereja mereka diadakan penyuluhan/penerangan HIV/AIDS. Gereja yang terletak di Desa Sei Muka, Kec. Talawi, Kab. Batubara  ini dilayani oleh Pdt M. Marbun dan Cal. Gr Rikardo Silitonga.
            Nicholaston Purba, pemuda setempat, NHKBP Tanah Datar, mahasiswa STT HKBP Pematangsiantar, memprakarsai kegiatan ini sekaligus mengajak orang-orang yang peduli tentang HIV/AIDS diantaranya Erlina Pardede dari Komite Nasional Lutheran Worlf Federation (KN-LWF) dan Pendeta HKBP, Pdt Sumurung Samosir Harianja sebagai pembicara. Rombongan yang ikut melayani Fernando Sihotang, M. Sianturi, Murdani Manullang dan Yeftalius Situmeang. Kunjungan ini juga menghadirkan L. Purba dan Br. Manurung, penderita HIV/AIDS yang turut melayani dan memberi kesaksian. Warga Jemaat HKBP Tapian Nauli cukup serius dan banyak remaja yang mengikuti seminar ini dan bertanya tentang HIV/AIDS.
            Keadaan HIV/AIDS di Dusun V dan VII cukup memprihatinkan, dimana di desa itu sudah ada terdeteksi tujuh rumah tangga terjangkit HIV/AIDS. Dalam penyuluhan itu Ibu E. Pardede menekankan supaya masyarakat sekitar jangan mengasingkan (mendiskriminasi) orang-orang yang menderita HIV/AIDS tetapi mereka membutuhkan perhatian dan semangat. Gereja bekerja untuk menghilangkan stigma atau pandangan yang buruk terhadap pasien.
            Masyarakat perlu mendapat pengenalan dan pengetahuan tentang HIV/AIDS supaya dapat mencegah terjangkitnya HIV/AIDS. Masyarakat juga perlu mengenal gejala-gejala penyakit HIV/AIDS supaya mendapatkan penanganan meskipun saat ini belum ada obat yang menyembuhkan penyakit itu. Banyak korban yang tidak tahu bahwa ternyata ia sudah mengidap. Masyarakat dan jemaat Gereja perlu sadar apa yang boleh dilakukan dan apa yang tidak boleh terjadi pada saat berhadapan dengan orang yang mengidap HIV/AIDS.
            Melalui kesempatan itu ibu E. Pardede menerangkan bahwa HIV (Human Immunodeficiency Virus) adalah virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh. Dan AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome) adalah kumpulan gejala penyakit karena kekurangan sistem kekebalan tubuh. Virus HIV/AIDS banyak terdapat di dalam darah, sperma, cairan vagina, dan sedikit pada air liur dan ASI.
Penularannya terjadi bila jumlah HIV dalam darah cukup tinggi. Sedangkan cara penularannya dapat terjadi melalui hubungan seksual (hetero/homo), transfusi darah, penggunaan jarum suntik yang telah tercemar HIV, janin seorang ibu yang positif terkena HIV. Perlu juga mewaspadai bahwa HIV/AIDS dapat menyerang orang tua, orang muda, anak-anak dan dapat menyerang siapapun tanpa melihat pekerjaan ataupun status sosialnya.
            Tindakan yang dapat kita lakukan antara lain: turut menyebarluaskan pengetahuan dan informasi yang benar kepada masyarakat, menjauhi narkoba dan seks bebas, menolak tindakan yang beresiko tertular HIV, transfusi darah yang harus steril, menggunakan suntik atau pisau cukur yang steril dan hanya dipakai untuk diri sendiri, menggunakan kondom bila perlu. Selain itu jangan mengucilkan orang-orang yang mengidap HIV karena virus tidak akan menyebar lewat hubungan sosial serta mereka juga perlu dukungan moril.

Pdt Sumurung Samosir juga setuju dengan pendapat pembicara pertama bahwa orang-orang yang sudah terjangkit HIV bukan untuk disingkirkan. Jika ada yang menyingkir dari orang yang menderita seperti itu mirip dengan seorang Imam dan Lewi yang meninggalkan orang yang kena rampok dan aniaya padahal mereka melihatnya sedangkan orang Samaria mau membantu. HIV/AIDS terjangkit bukan karena mendekat kepada pasien tetapi melalui gaya hidup yang sering ke tempat-tempat PSK sangat beresiko. Oleh karena itu masyarakat jangan sembarangan melakukan hubungan seks untuk mengurangi resiko terjangkit HIV/AIDS.(Yeftalius Situmeang)

14 Januari 2014

MENULIS ADALAH TALENTA



Saut Poltak Tambunan
MENULIS ADALAH TALENTA
            Penulis senior Saut Poltak Tambunan datang ke STT HKBP Pematangsiantar untuk mengadakan lokakarya tentang aspek marketing teknik penulisan kreatif, Kamis, 3 Oktober 2013. sekitar 250 orang yang mengikuti lokakarya ini; mahasiswa STT, dari SMA dan SMK 1 YHKBP jln Toba no 29 Pematangsiantar dan bagi orang yang berminat.
            Saut Poltak Tambunan sudah menulis buku sebanyak 50 buku, bahkan bukunya sudah pernah diangkat dalam film layar lebar yang berjudul ‘Harga Diri’. Tahun 2012, ia menulis kumpulan cerpen ‘Mangongkal Holi’ dan novel ‘Mandera na Metmet’ dan pada 2013 ia membuat karangan ‘Si TUMOING manggorga Ari Sogot’.
Tulisan ini adalah sastra modern dalam bahasa Batak Toba. Judul-judul buku yang lain Metamor Horas, Don’t Go Jonggi, Sengkarut Meja Makan, Kolecer dan Hari Raya Hantu, Sang Juara, kembalikan Anakku, Di doa Ibu ada namaku, Romansa Kecil, Hari-hari yang Tersisa, Dia ingin Anaknya Mati, Datang Untuk Berlalu, Jangan Ada Dusta, Hatiku Bukan Pualam, dan masih banyak lagi. Ia beserta tim nya menmberitahukan membuat lomba menulis cerpen, untuk informasi lebih jelasnya lagi dapat mengakses www.hutanta.com dan www.selasarpenatalenta.wordpress.com.
            Dalam kegiatan ini, Saut Poltak Tambunan ingin mengajak kaum muda untuk mengenal cara praktis dan konsep strategi pemasaran bagaimana supaya tulisan laku di pasaran. Penulis dan pengarang yang sudah berkiprah selama 40 tahun ini mengatakan bahwa menulis adalah talenta yang diberikan/dititipkan oleh Tuhan. Dia menghimbau supaya jangan meremehkan tulisan dan penulis karena tulisan membuat kita berbeda karena menulis adalah diferensiasi dengan orang lain. “Menulis adalah salah satu bentuk peradaban karena kita adalah apa yang kita baca dan apa yang kita tulis”. Pernyataan itu bukan klasifikasi manusia tetapi sebagai motivasi menulis untuk para pemula.
            Menulis dapat dilakukan sambil melakukan pekerjaan lain, karena menulis bagaikan guru yang agung yang harus banyak belajar dari kehidupan. Melihat kejadian-kejadian sekitar, mencatat, meng-outline, memindahkannya ke arah yang berbeda dan mempublikasikannya supaya bermanfaat bagi orang lain. Menulis dapat membuat cara berpikir kita meningkat. Pola pikir para penulis saja berbeda, misalnya penulis yang satu berkata “Saya juga ‘kan kepingin dikenal!”, penulis lain mengatakan; “Saya harus mengkomunikasikan makna, ide dan pesan”.
            Motivasi orang untuk menulis berbeda-beda; ada yang ingin terkenal, cari honor, kepuasan batin, kredit union dan lain-lain. Tidak bisa disangkal, motif-motif itu jelas mempunyai dampak kepada penulis, tetapi penulis yang baik adalah jika sampai kepada tahap menulis sebagai ibadah, maksudnya menulis untuk menyampaikan pesan moral, dengan kejujuran dan tidak menghalalkan segala cara seperti menyogok.
            Inti dari topik aspek marketing penulisan ini yang bisa kita dapat antara lain: 1) Mengetahui Tren, memikirkan apa yang digemari pembaca sekarang dan juga nanti?, 2) Mengetahui Pelanggan, membaca perilaku pembaca dan melihat kemungkinan apa yang terjadi pada komunitas pembaca. 3) Mengetahui segmentasi, memilah-milah konsumen dan menentukan target,dan masih banyak lagi. 4) Mengetahui kompetitor, menciptakan keunikan dari penulis-penulis lain. Yang penting “penulis harus memperhatikan emosi pembaca berbanding lurus dengan emosi penulis”.
            Setelah membuat skema dan menciptakan sebuah karya baik artikel, buku, novel, tulisan maka perhatikanlah dampak marketingnya. Apakah naskah itu bisa terbit, terjual dan best seller dan pesan sampai ke pembaca. Oleh karena itu keberhasilan suatu penulis dapat dilihat ketika bukunya baik (berkualitas), laku dan dibaca orang. Ada buku yang baik dan laku tapi tidak dibaca orang. Ada buku yang baik, tapi tidak laku dan tidak dibaca orang. Sebaliknya ada buku yang tidak baik, tapi laku dan dibaca orang. Ada buku yang tidak baik, laku, tapi tidak dibaca orang. Bahkan ada buku yang tidak baik, tidak laku, dan tidak dibaca yang tujuannya hanya sekedar menerbitkan.
            Saut Poltak Tambunan mengatakan kesannya bahwa beliau sudah banyak mengadakan seminar bahkan di Bali di berbagai SMA yang sering nilai Ujian Akhir Negara nya paling tinggi se-Indonesia tetapi yang paling meriah dan antusias masih kunjungannya di Pematangsiantar. (yeftalius situmeang)