11 Oktober 2013

DALIL KE-37 MARTIN LUTHER DAN REFLEKSINYA









DALIL KE-37 MARTIN LUTHER DAN REFLEKSINYA
Oleh Yeftalius Situmeang
            Isi dalil ke-37 Martin Luther ialah: “Setiap orang Kristen sejati, baik orang yang hidup maupun yang sudah mati, mendapatkan bagian di dalam semua berkat Kristus dan Gereja yang diberikan kepadanya oleh Allah, meskipun tanpa surat penghapusan dosa.
            Dalil Luther sudah menjadi sejarah dunia. Namun pemikirannya masih tetap aktual sampai saat ini dan sampai kapan pun. Luther adalah salah satu tokoh reformasi Gereja. Penulis juga pernah mempelajarinya dalam mata kuliah Dogmatika II yang diampu oleh Pdt. Dr. Pintor Sitanggang. Apa yang menarik dalam dalil Luther ke-37 ini? Kita akan melihatnya terlebih dahulu sekilas dari latar belakangnya dan mengambil hikmahnya.
Berawal dari latar belakang sebuah hasutan atau usaha untuk mempengaruhi orang lain dengan cara membuat orang lain diperdayakan yang terjadi di Jerman. Paus (Pope) Leo X menginginkan uang yang dipakai untuk biaya pembelanjaan pembangunan halaman yang dikelilingi dinding atau dengan kata lain disebut istana untuk bangunan gereja St. Petrus yang megah. Penjualan indulgensia menyebabkan skandal besar-besaran dan dimanfaatkan oleh sekelompok orang untuk mendapatkan kepentingan pribadi. Orang yang didelegasikan/diutus Gereja Katholik Roma untuk menangani pelaksaan indulgensia adalah Uskup Albert, Pemilih Mentz, dan seorang agen yang dipekerjakan oleh Kebiaraan Dominikan yaitu John Tetzel. Mereka adalah sebagian orang jahat yang menggelapkan uang gereja dengan cara mengelabui jemaat dengan modus membuat surat indulgensia (surat penghapusan dosa yang bisa diperjualbelikan). Padahal mereka mengambil kesempatan untuk memasukkan uang ke kantong atau rekening mereka sendiri. (John Ritchie: Martin Luther The Reformer, hlm. 45) Martin Luther menganggapnya sebagai kesalahan, dan sebenarnya itu memang suatu bentuk kesalahan dan penipuan. Apalagi pembuatan indulgensia tidak lagi sesuai dengan teologi keselamatan yang diberikan Allah, oleh karena itulah Luther memprotes.
Melalui dalil ke-37 Luther menekankan 3 kajian yaitu: Pertama, “Kekristenan sesungguhnya adalah dimana orang-orang percaya berada dalam rencana/kuasa berkat Kristus”. Kajian ini menekankan hakikat posisi orang-orang percaya; Kristen yang sejati berada dalam rencana/ kuasa berkat Kristus. Tentunya ini sangat menekankan teologi keilahian Allah yang tidak dapat diganggu gugat.
Kedua, “Keselamatan orang percaya berada dalam rencana berkat dan karunia Kristus kepada gereja-Nya”. Anugerah menggerakkan Allah untuk mengaruniakan keselamatan kepada umat manusia, penebusan oleh Yesus Kristus yang menimbulkan dan menghasilkan keselamatan. Manusia yang dimaksud juga termasuk kepada persekutuan orang-orang percaya dalam ruang lingkup Gereja. Luther menginginkan Paus Leo X di Roma mengembalikan pemahaman keselamatan dalam Yesus Kristus.
            Ketiga, “Keselamatan itu adalah keselamatan yang universal dan orang-orang yang hidup dan yang mati berada dalam rencana Allah melalui Kristus”. Yang sangat penting dalam kajian ini adalah ajaran keselamatan (soteriologi) dan ingin menonjolkan keilahian Yesus Kristus melalui karya penyelamatan. Anak manusia (Yesus Kristus) datang untuk menyelamatkan yang hilang (Mat. 18:11). Kristus datang untuk menyelamatkan orang berdosa (1 Tim. 1:15). Apa yang dilakukan oleh Yesus didorong oleh kemurahan hati dan kasih Allah kepada dunia. Jadi pekerjaan Kristus adalah satu kesatuan dengan karya Allah untuk tujuan keselamatan umat manusia.
Refleksi
Semua yang dilakukan oleh Luther merupakan reformasi atau pembaruan dalam gereja. Namun kata pembaruan yang dimaksud dalam ini adalah pandangan Luther dan keyakinannya yang kuat untuk menentang surat indulgensia. Luther tidak menyangkal bahwa pimpinan Gereja merupakan penting namun jangan sampai melebihi kuasa Tuhan seperti membuat indulgensia untuk mengampuni dosa dan kesalahan manusia. Luther mengkritik bahaya yang disebabkan konspirasi kebusukan dan ketamakan gereja katolik saat itu. Dia juga menjadi orang yang menginspirasi beberapa reformator gereja seperti Philip Melancthon, Calvin, dll meskipun ajaran mereka tidak sama.
Jika dikontekstualkan pada masa kini konsep-konsep indulgensia yang dilakukan pada masa Paus Leo X, secara sadar tidak sadar kita bisa melihat bentuk perlakuan seperti itu saat ini. Pendapat ini tidaklah mutlak benar dan tidak semua pimpinan gereja melakukannya. Namun secara tersirat bagi beberapa pelayan yang bersifat tamak, pelayanan mereka cenderung lebih baik kepada orang-orang yang berada (ekonomi lebih mapan), atau orang-orang yang disegani dan dihormati (status sosialnya lebih tinggi) dan orang-orang yang berkedudukan tinggi (misalnya para pejabat). Selain itu para pelayan mudah untuk mempengaruhi jemaat dengan mengandalkan firman Tuhan untuk mencapai maksud-maksud tertentu. Secara psikologi, mereka bisa saja menyenangkan hati para jemaat supaya jemaat juga merasa terberkati lalu jemaat akan memberi umpan balik. Bahkan lebih radikalnya lagi apabila para hamba Tuhan mendoktrin jemaat untuk memberikan harta dengan cara yang salah seperti pembuatan indulgensia atau menawarkan pelayanan-pelayanan khusus namun niatnya adalah mencari materi (harta benda). Itu merupakan ketidakadilan, namun dari situ kita bisa melihat pembuatan indulgensia yang terselubung ada.
Apabila karena indulgensia manusia memperoleh maka hal itu akan menyimpang dari keselamatan yang diberikan Allah. Keselamatan adalah pekerjaan Trinitas yaitu Allah Bapa, Putra dan Roh Kudus. Tuhan yang menjanjikan, hanya Tuhan yang mampu, dan memberikan keselamatan kepada manusia. Inilah yang disebut perjanjian penyelamatan dan anugerah dan berlaku hingga kekal. Jadi tidak ada kaitan indulgensia dengan keselamatan dari Yesus, dari situ terlihat kesan bahwa surat Tetzel itu dibuat-buat untuk mendapatkan dana yang besar. Dengan kata lain mereka memaksakan pemahaman penghapusan dosa melalui surat dan itu tidak sesuai lagi dengan ajaran keselamatan yang diberikan oleh Yesus Kristus.
Ringkasan ini adalah pokok-pokok keselamatan dan alasan penolakan indulgensia, dan juga makna dari inti sari iman yang dibuat oleh Luther dalam sebuah simbol yang disebut ‘Mawar Luther’, yaitu: 1. Allah yang mengasihi manusia (Yoh. 3:16), 2. Semua manusia adalah berdosa (Rom. 3:23), 3. Yesus menanggung hukuman kita (Rom. 5:8), 4. Yesus bangkit dari kematian (Kor. 15:3-4), 5. Yesus menawarkan pengampunan dosa dan hidup yang kekal (Kis. 16:30-31), dan 6. Keselamatan adalah cuma-cuma sebagai pemberian Allah (Ef. 2:8-9).

08 Oktober 2013

PESTA PARHEHEON SEKOLAH MINGGU HKBP GONTINGMAHE


PESTA PARHEHEON SEKOLAH MINGGU HKBP GONTINGMAHE
HKBP Gontingmahe, Resort Naipospos, Distrik IX Sibolga, Tapteng – Nias, Gontingmahe, Kecamatan Sorkam, Tapanuli Tengah adakan Pesta Parheheon Sekolah Minggu. Pada pesta ini, khotbah disampaikan oleh Pendeta Resort Pdt. Salomo Panjaitan MTh dan kebaktian Minggu dipimpin St Esmar Purba SPd. HKBP Gontingmahe melakukan Pesta Parheheon Sekolah Minggu secara khusus untuk anak-anak kelas kecil, tengah, dan kelas besar, pada hari Minggu, 14 Juli 2013 pukul 09.00 – 18.00 WIB.
            Pesta parheheon ini berkaitan dengan “Tahun Anak-anak HKBP 2013”. Koordinator Panitia Pelaksana Yeftalius Situmeang, mahasiswa STT HKBP Pematangsiantar bersama guru Sekolah Minggu; St S Hutagalung, St J .Aritonang SPd dan St O Silaban didukung parhalado HKBP Gontingmahe.
Pesta Parheheon Sekolah Minggu ini bertema, “Yesus Cinta Anak-Anak” (Matius 19:14) Sub Tema: “Dengan pelaksanaan kebangunan ini, semoga anak Sekolah Minggu HKBP Gontingmahe semakin dekat kepada Tuhan”. Melalui parheheon ini diharapkan anak Sekolah Minggu semakin rajin berdoa dan rajin beribadah ke gereja. Agar mengasihi sesamanya dan menjadi anak yang patuh terhadap orang tua. Meningkatkan keimanan, karakter Kristen, mental yang kuat dan menambah pengalaman bagi sekolah minggu dan menambah kreativitas dan bakat anak-anak dalam bidang olah raga, seni dan kerohanian.
            Diadakan juga berbagai lomba; lari cepat 50 meter putra dan putri. vocal solo Buku Ende No. 392: 1 “Sai Pasiat Tuhan Jesus” dan Kidung Jemaat No. 332 “Kekuatan Serta Penghiburan”, Cerdas Cermat Alkitab (CCA), bisik rohani, menyusun nama-nama Alkitab (Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru), menyusun gambar rohani (puzzle game).
Selain lomba ada juga tortor yang dipersembahkan anak Sekolah Minggu yang disaksikan warga HKBP Gontingmahe. Dalam pesta parheheon ini juga HKBP Gontingmahe memanfaatkan momen ini untuk beribadah bersama, makan siang bersama dan menyaksikan bersama seluruh Anggota Jemaat baik Orang tua, Remaja, NHKBP dan Majelis Jemaat. Kegembiraan Sekolah Minggu juga terlihat ketika mereka bersemangat menyanyikan koor ‘Anak-anak HKBP Jadi Berkat’.
Parheheon Sekolah Minggu ini, mendapat sambutan yang meriah dan penuh antusias dari oleh seluruh parhalado dan jemaat HKBP Gontingmahe. Inilah parheheon Sekolah Minggu yang pertama kali di HKBP Gontingmahe yang sudah berdiri sejak tahun 1950. Meskipun Gereja ini kecil dengan jumlah anggota jemaat 117 kepala keluarga dan jumlah jiwa 593 orang, namun gereja ini juga sebagai huria sabungan HKBP Resort Naipospos. Dari gereja ini jugalah Pdt Roida Sihombing STh dan Bupati Tapanuli Tengah Raja Bonaran Situmeang.
Panitia dalam sambutan, menghimbau, agar orang tua lebih peduli terhadap anak serta memberikan contoh yang baik dan menyuruh anak-anak datang ke gereja. Banyak anak-anak yang malas Sekolah Minggu bukan karena masalah ekonomi, tetapi kurangnya kepedulian orang tua terhadap anaknya.
Pdt S Panjaitan dalam kotbah yang dikutip dari 1 Raja-raja 3:4-14 menceritakan kisah Salomo ketika dinobatkan menjadi Raja di Israel, ia mempersembahkan 1.000 macam kurban di Bait Suci di Gibeon. Allah berkenan dan menerima persembahannya lalu memberikan kesempatan kepada Salomo untuk meminta, Salomo berdoa dan hanya meminta Hikmat dari Allah supaya mampu memimpin bangsa Israel yang besar dan mampu menegakkan keadilan dan kebenaran. “Allah mengabulkannya dan memberikan lebih dari yang dia minta, bahkan Salomo menjadi raja yang termahsyur di seluruh dunia sepanjang masa dan tidak ada raja sebelumnya dan sesudahnya yang menandinginya,” kata Salomo Panjaitan.
Pdt Salomo menambahkan, agar seluruh anggota jemaat jika menerima berkat, jabatan, pangkat, kesuksesan dalam pekerjaan dan pengetahuan termasuk anak-anak sebagai titipan dari Allah supaya mengutamakan penyerahan diri, mengucap syukur dan memberi persembahan yang berkenan kepada Allah dan hendaknya meneladani Salomo yang hanya meminta hikmat dari Allah.
Salomo juga mengatakan, orang tua harus bertanggungjawab mendidik anak-anak supaya dekat kepada Tuhan dan kepada seluruh anak-anak dituntut menjadi anak-anak yang cinta dan dicintai oleh Yesus dengan cara rajin beribadah, ikut partangiangan, rajin berdoa, rajin bernyanyi memuliakan Tuhan. Maka anak menjadi anak-anak Terang, anak Allah serta anak yang dikasihi oleh Yesus. Sama hal nya dengan Sub Tema, orang tua harus mampu mendekatkan anak-anak kepada Yesus dengan cara mendidik, mengajar, mendorong, memotivasi anak-anak untuk melakukan hal-hal yang berkenan kepada Yesus, dengan demikian anak-anak menjadi sahabat Yesus. (yeftalius situmeang)

11 September 2013

HKBP PANSURNATOLU BUTUH PERHATIAN




HKBP PANSURNATOLU BUTUH PERHATIAN
            HKBP Gontingmahe, Resort Naipospos, Distrik IX Sibolga – Tapteng – Nias ini terletak di jalan Sibolga-Barus KM 28,5 Desa Gontingmahe, Kec. Sorkam, Kab. Tapanuli Tengah. Gereja ini dilayani oleh Pdt. Salomo Panjaitan, M.Th. Belum lama ini, NHKBP Gontingmahe melakukan kunjungan gerejawi (Kasih) ke HKBP Pansurnatolu, Resort Naipospos yang dipimpin oleh seorang Sintua sekaligus menjadi Pimpinan Jemaat, St. U. Situmeang.
Rombongan NHKBP Gontingmahe berangkat sejak pukul 7.00 WIB dengan berjalan kaki mendaki gunung dan sampai di Pansurnatolu pada pukul 10.00 WIB. Pada pukul 11.00 WIB – 12.00 rombongan mengikuti ibadah. Usai kebaktian minggu NHKBP Gontingmahe dijamu makan siang.
            Yeftalius Situmeang NHKBP Gontingmahe, mahasiswa STT HKBP Pematangsiantar memprakarsai kegiatan yang didukung pimpinan jemaat St. Esmar Purba bersama parhalado. Bahkan beberapa sintua ikut dalam kunjungan diantaranya St. A. Situmeang, St. S. br. Hutagalung dan St. J. Br. Aritonang, S.Pd. Rombongan Naposobulung yang ikut berjumlah 22 orang, yakni: Yeftalius Situmeang, Alfourida Situmeang, Hanawin Silaban, Maulia Panggabean, Anjani Hutabarat, Anisa Situmeang, Maria Silaban, Dosma Nababan, Gunawan Hutabarat, Adoka Hutauruk, Fernando Simanjuntak, Ayudamayanti Situmeang, Bosma Simanjuntak, Ester Simanjuntak, Sari Hutagalung, Tanti Situmeang, Juli Hutabarat, ditambah dengan 2 orang Anak Sekolah Minggu yaitu Josua Frans Simanjuntak dan Chris John Situmeang beserta 1 orang Ama yang ikut dalam rombongan adalah A. Simanjuntak.
HKBP Pansurnatolu adalah sebuah gereja kecil yang terletak di desa Pansurnatolu, Kec. Sorkam, Kab. Tapanuli Tengah. Secara geografis, HKBP Pansurnatolu ini berada di daerah pegunungan (dolok) dengan ketinggian kurang lebih 1866 Meter Di atas Permukaan Laut (DPL). Pansurnatolu disebut juga dengan Dolok Pantis namun lebih kenal dikenal Pansurnatolu. Desa ini berpenduduk sebanyak 52 Kepala Keluarga (KK).
Rute jalan yang harus ditempuh adalah masuk dari Simpang Tiga, Gontingmahe menuju Desa Pangambatan, melewati pematang sawah yang merupakan kaki gunung Pansurnatolu. Setelah melewati sawah tersebut maka kita akan menjumpai sebuah jembatan yang menghubungkan sawah dengan jalan menuju Desa Pansurnatolu. Jarak dari Desa Pangambatan ke HKBP Pansurnatolu ada sekitar 6,5 Kilometer. Jika kita berjalan kaki dengan irama perjalanan yang sedang atau tidak terburu-buru dan tidak terlalu santai maka akan menghabiskan waktu 3 jam, dan jika kita naik kendaraan maka waktu yang terpakai hanya sekitar 30 menit.
            Di sepanjang perjalanan kita akan menghirup udara segar karena banyaknya pohon di sekitar kita. Selain itu dari jalan dengan ketinggian tertentu kita sudah bisa memandang birunya laut dan pegunungan yang berbaris-baris. Kita juga akan menemukan beberapa gubuk; tempat para pekerja ladang seperti penyadap karet, petani, dan penyadap aren (tuak) menginap atau yang sering mereka sebut gudang.
            Pansurnatolu mempunyai medan yang mengasyikkan dan menantang dikarenakan jalan yang tanjakan dan belum di aspal, jalan yang licin ketika hujan datang dan terkadang longsor menutupi atau mengganggu ruas jalan.
Memang sepeda motor dan mobil sudah bisa masuk ke desa ini, namun sulitnya medan perjalanan yang harus ditempuh membuat orang enggan berkendara sampai ke desa ini. Biasanya orang yang berkendara ke daerah tersebut adalah orang yang sudah terlatih dan berani atau sudah mengetahui bentuk jalan diantaranya penduduk setempat, pekerja ladang dan sesekali pengusaha yang ingin mengangkut hasil alam seperti karet, durian dari desa tersebut. Mata pencaharian penduduk desa ini adalah bertani, menyadap karet, mengambil kayu, dsb.
            HKBP Pansurnatolu sendiri, nyaris tidak dikenal sama sekali tidak ada menyangka ada HKBP di Pansurnatolu. “Ai adong do hape HKBP di Pansurnatolu?.”
Gereja ini berdiri 14 Maret 1974 pemekaran HKBP Dolok Pantis. Jumlah anggota jemaat kala itu, 16 KK, jumlah ini terus berkurang. namun dalam dinamika perkembangannya jumlah jemaat terus berkurang. Bahkan ada ke gereja (denominasi) lain secara massal/bersamaan, sehingga jemaat yang tinggal hanya 6 KK. Dari enam KK itu ada lagi yang pindah pada beberapa waktu lalu. Hingga berita ini diturunkan jumlah jemaat yang ada hanya 4 KK, yang terdiri dari 4 orang Kaum Bapak, 5 orang Kaum Ibu, Pemuda 2 orang, Pemudi 2 orang, Anak Laki-laki 1 orang dan Anak Perempuan 2 orang. Itupun dalam kebaktian setiap minggu tidak semua jemaatnya hadir.
Ketika kunjungan NHKBP Gontingmahe jemaat yang ada hanya 10 orang yang terdiri dari 3 orang Kaum Bapa, 5 orang Kaum Ibu, 1 orang Anak Sekolah Minggu ditambah dengan 1 orang Sintua sekaligus menjadi pimpinan jemaat yakni St. U. Situmeang.
U. Situmeang menjelaskan alasan pindah, karena gereja-gereja lain bertumbuh di desa ini. Selain itu ada iuran untuk pembangunan gereja dan iuran lain sehingga anggota jemaat berpikiran banyak pengeluaran di HKBP Pansurnatolu. Ada juga karena perbedaan pilihan dalam Pilkada beberapa waktu lalu.
Dari segi fasilitas, gereja ini juga sangat mengharukan. Fasilitas dalam gereja tidak lah menentukan iman jemaat, tetapi setidaknya fasilitas yang ada bisa membantu jemaat dalam melakukan kebaktian. Dalam kunjungan NHKBP Gontingmahe, ada beberapa hal yang kami lihat tidak ada dalam gereja ini tetapi ada dalam gereja lain secara umumnya yakni papan nama gereja, Salib yang biasanya diletakkan di Altar, Gambar Tuhan Yesus yang belum ada dan tempat persembahan (durung-durung) yang dipakai adalah bekas kaleng susu yang sudah usang.

Keadaan demikian memotivasi NHKBP Gontingmahe untuk mengunjungi saudara seiman dan se-Resort Naipospos. Mereka juga sangat merindukan kunjungan-kunjungan dari gereja lain. HKBP Pansurnatolu tetap berjuang supaya jemaatnya tidak berkurang dan berusaha supaya gereja mereka maju. Jika pada masa kini masalah yang sering dihadapi oleh Gereja di perkotaan adalah masalah kebebasan beragama seperti penyegelan paksa gereja, pengrusakan dan pembongkaran, dan masalah Izin Mendirikan Bangunan (IMB) maka masalah yang sering dihadapi oleh Gereja di pedesaaan adalah kesepian. Tentunya masih banyak Gereja yang perlu perhatian khusus. Jumlah bukanlah salah satunya penentu perkembangan suatu Gereja, namun iman jemaat kepada Tuhan lah yang paling utama. Iman itu akan terlihat dari buah kehidupan yang baik sebagai refleksi atas rasa syukur kepada Tuhan.(YEFTALIUS SITUMEANG)

08 Agustus 2013

STT HKBP PEMATANG SIANTAR GIAT MENGEMBANGKAN BAKAT MAHASISWA



 

STT HKBP PEMATANG SIANTAR GIAT MENGEMBANGKAN BAKAT MAHASISWA
Oleh: Yeftalius Situmeang
            STT HKBP Pematangsiantar mempunyai banyak potensi, begitu juga dengan mahasiswa-mahasiswi di dalamnya mempunyai banyak bakat dan minat. STT HKBP adalah Sekolah Tinggi yang menggumuli ilmu teologi dan tempat mempersiapkan diri bagi para calon pelayan Tuhan dalam hal ini pendeta. Di sini para mahasiwa dituntut untuk belajar secara akademik, tetapi mereka juga bisa berkarya dalam non akademik. Mahasiwa/i mempunyai bakat yang penting untuk dirinya, untuk orang lain, dan untuk pelayanan di masa depan. Di kampus yang berada di bawah naungan HKBP ini menyadari akan adanya kemampuan itu, oleh karena itulah kampus ini mengadakan kegiatan-kegiatan seperti Piala Mahasiswa, Kegiatan Olahraga dan Seni Mahasiswa (KORSWA) yang diadakan sekali setiap tahun, dan kegiatan-kegiatan lain. Korswa ada sejak tahun 1984 dan tahun 2013 kegiatan ini sudah sampai pada pelaksanaan yang ke-29 dan bertepatan dengan perayaan Dies Natalis STT HKBP Pematangsiantar yang ke- 35.
            Tahun ini panitia mengambil tema “Wake up” (Yes. 60:1) yang berarti bangun, bangkit. Pelaksanaan Korswa tahun ini berpusat pada pengembangan talenta mahasiswa. Bentuk-bentuk kegiatan mahasiswa itu sudah terbilang banyak, tetapi pertanyaan refleksi yang perlu dijawab apakah tujuan event-event demikian sudah efektif? Atau Korswa adalah lomba tahunan yang bersifat persaingan sementara?. Saya rasa tidak, karena Korswa mempunyai tujuan yang lebih berharga, penting dan kegunaannya pun banyak. Korswa memiliki nilai-nilai seperti persahabatan, uji mental, persaingan sehat dan pengembangan bakat. Setiap perlombaan memiliki tujuan dan fungsi masing-masing serta mempunyai makna teologis tersendiri dan disadari atau tidak Korswa berpengaruh terhadap kehidupan sehari-hari mahasiswa.
            Menurut saya fokus pembicaraan bakat dan minat STT HKBP Pematangsiantar bukan hanya pada saat pelaksanaan Korswa, tetapi bagaimana semua pihak dalam hal ini dosen dan mahasiswa bekerja sama dalam menggali potensi tersebut untuk dikembangkan dalam kehidupan sehari-hari. Di luar kegiatan formal perkuliahan ada baiknya kita melihat beberapa fenomena mahasiswa STT HKBP Pematangsiantar dalam mengembangkan bakat mereka. Beberapa orang mahasiswa yang mempunyai bakat menyanyi telah bergabung dalam Paduan Suara Mahasiswa (PSM) dan sebagian lagi masuk ke PS Euangelion. Hal ini perlu diapresiasi karena mahasiswa telah berani mengembangkan dirinya. Meskipun mahasiswa harus tinggal di asrama, bukan berarti karya mereka tidak bisa berkembang di luar. Karena tantangan masa depan semakin rumit, para mahasiswa juga ditantang untuk bisa melayani di luar, tetapi dengan syarat mahasiswa harus mampu mengutamakan perkuliahan dan belajar teologi, serta mempersiapkan diri sebelum menjadi pelayan.
Selain itu beberapa mahasiswa membuat kerajinan tangan dan menjualnya dengan usaha sendiri. Contohnya beberapa mahasiswa ikut membuat bunga pada saat acara wisuda, gantungan kunci, gelas hias, hiasan lampu, kolam ikan dan usaha-usaha lain yang bernilai seni dan ekonomis. Tidak hanya itu di bidang kepribadian, pada masa kini manusia sudah dibantu dengan teknologi. Salah satunya fungsi facebook untuk mahasiwa, mahasiswa/i sangat sering mengutarakan emosi, pengalaman, refleksi mereka yang berhubungan dengan teologi, filsafat, renungan, khotbah, kritik, sindiran, dll. Sehingga saya melihat ini adalah salah satu peluang yang baik untuk membuat suatu komunitas diskusi atau forum-forum diskusi bagi mereka yang berminat dan memiliki hobi yang sama.
            STT HKBP mempunyai majalah-majalah, buku-buku yang dibuat oleh para dosen yaitu Jurnal Teologi Vocatio Dei dan L-SAPA. Tetapi salah satu konsep yang sangat bagus adalah pembuatan majalah kampus (contohnya, majalah mahasiswa atau majalah barak) yang memuat aspirasi-aspirasi mahasiswa secara permanen (menetap) dan berkesinambungan karena yang terjadi adalah mahasiswa membuat tulisan-tulisan atau artikel hanya pada saat perlombaan. Pada hal peluang untuk membuat majalah mahasiswa itu ada karena mahasiswa/i STT HKBP terbilang sudah terbiasa dengan latihan-latihan yang diberikan oleh bapak ibu dosen. Tidak ada salahnya apabila masalah-masalah yang diangkat adalah pelajaran yang sudah dibahas di kelas. Karena dengan demikian berarti mahasiswa/i itu sudah menggumuli apa yang sudah dipelajarinya. Terlepas dari isi dan kualitas yang sudah baik, setidaknya mahasiswa bisa belajar menulis lewat majalah kampus. Tentunya hal ini sangat cocok dengan motto dan prinsip kampus ini yaitu Pengajaran, Penelitian, dan Pengabdian.
Baru-baru ini di STT HKBP, beberapa mahasiswa juga berminat dalam mengembangkan kecintaan mereka terhadap alam yang mereka perlihatkan lewat pembentukan Mateopala (Mahasiswa Teologi Pecinta Alam). Hal ini merupakan sesuatu yang penting karena teologi juga turut bertanggungjawab dan memperhatikan lingkungan hidup (ekologi). Namun sampai saat ini belum ada kepastian dari eksistensi dan kegiatan organisasi itu tersebut, mungkin mereka harus terlebih dahulu mendapat izin dan dukungan dari Perguruan Tinggi. Tetapi perlu dipertimbangkan untuk menunjukkan kecintaan terhadap alam itu bisa terlihat dalam kehidupan sehari-hari dan tidak harus membuat program yang besar tetapi tidak dapat diaktualisasikan. Seorang pecinta lingkungan yang sejati harus mulai dari hal-hal yang kecil, misalnya tidak membuang sampah sembarangan, dll.
            STT HKBP bisa berbangga karena memiliki banyak mahasiswa yang memiliki talenta-talenta. Talenta itu merupakan anugerah Tuhan. Talenta juga bisa mengarahkan kehidupan seseorang, misalnya jika mahasiswa pada saat kuliah memainkan alat-alat musik maka ada kemungkinan dia akan menjadi pendeta yang berfokus pada musik seperti memainkan organ, trompet, saksofon, tataganing, biola, seruling, harmonika, dan sebagainya. Jika mahasiswa pada saat kuliah sangat serius dalam perkuliahan dan selalu berpikiran akademis maka kemungkinan dia akan menjadi dosen. Ada juga mahasiswa yang sangat aktif di gereja, sewaktu kuliah mereka sudah melayani seperti mengajar anak sekolah minggu, mengiringi musik di gereja, mengajar remaja yang akan naik sidi, mengajar koor, dll maka kemungkinan dia akan menjadi pendeta yang kreatif. Sebagian mahasiswa sangat rapi dan cekatan dalam administrasi, maka mereka berpeluang bekerja di staf tata administrasi. Ada mahasiswa yang sangat suka untuk berjualan sehingga mereka perlu diarahkan dalam tata usaha. Mungkin ada mahasiswa yang suka ribut-ribut tetapi bisa saja mereka nantinya adalah orator-orator yang hebat atau mereka akan menjadi aktivis dan pejuang sosial. Ada tipe mahasiswa yang sangat suka berorganisasi dan sibuk untuk kegiatan di luar kampus dan selalu menunjukkan mobilitas yang tinggi, dll.
            Namun hal-hal di atas bukan mutlak akan terjadi karena itu bisa berubah karena psikologi, lingkungan dan situasi tertentu. Ini sesuai dengan bahasa teologis yang mengatakan manusialah yang berencana tetapi Tuhan yang berkehendak. Menurut saya tidak ada yang salah dengan apa yang disukai dan dilakukan oleh mahasiswa karena itu adalah bagian dari pelayanan dan sangat penting untuk menambah wawasan dan pengalaman para mahasiswa. Tujuan, sasaran, dan target dari mahasiswa itu sendiri haruslah jelas oleh karena itulah mahasiswa/i harus mempunyai pedoman. Memang motivasi, proses dan hasil akhir dari setiap mahasiswa pasti akan berbeda. Ada mahasiswa yang berorientasi untuk mendapatkan nilai yang tinggi-tinggi tetapi mereka lupa mengembangkan bakat mereka. Sebaliknya ada mahasiswa yang berfokus kepada bakat-bakat mereka tetapi perkuliahannya terlantar. Namun satu hal yang harus dipegang adalah jangan sampai ada mahasiswa yang lari dari teologi.
Terkadang ada suatu dilema dan ambiguitas dalam hati dan pikiran mahasiswa yaitu manakah yang harus diutamakan hobi mereka atau perkuliahan. Dalam hal ini semuanya penting dan tidak ada istilah nomor dua. Kedua potensi mahasiswa itu harus seimbang dan ideal. Karena sesungguhnya belajar bukan hanya membuat orang untuk menjadi pintar, belajar bukan hanya untuk menghafal banyak teori, tetapi belajar juga bertujuan untuk mengembangkan pikiran, membuat inovasi, melakukan sesuatu pembaharuan untuk kehidupan yang lebih baik, membentuk karakter, mental dan moral yang baik, dan tujuan yang sangat penting adalah spritualitas yang sehat yaitu percaya dan taat kepada Allah. Melalui korswa, mahasiswa diberdayakan untuk mengasah dan menunjukkan talenta masing-masing.