Oleh: Yeftalius
Situmeang
STT
HKBP Pematangsiantar mempunyai banyak potensi, begitu juga dengan
mahasiswa-mahasiswi di dalamnya mempunyai banyak bakat dan minat. STT HKBP
adalah Sekolah Tinggi yang menggumuli ilmu teologi dan tempat mempersiapkan
diri bagi para calon pelayan Tuhan dalam hal ini pendeta. Di sini para mahasiwa
dituntut untuk belajar secara akademik, tetapi mereka juga bisa berkarya dalam
non akademik. Mahasiwa/i mempunyai bakat yang penting untuk dirinya, untuk
orang lain, dan untuk pelayanan di masa depan. Di kampus yang berada di bawah
naungan HKBP ini menyadari akan adanya kemampuan itu, oleh karena itulah kampus
ini mengadakan kegiatan-kegiatan seperti Piala Mahasiswa, Kegiatan Olahraga dan
Seni Mahasiswa (KORSWA) yang diadakan sekali setiap tahun, dan kegiatan-kegiatan
lain. Korswa ada sejak tahun 1984 dan tahun 2013 kegiatan ini sudah sampai pada
pelaksanaan yang ke-29 dan bertepatan dengan perayaan Dies Natalis STT HKBP
Pematangsiantar yang ke- 35.
Tahun
ini panitia mengambil tema “Wake up” (Yes. 60:1) yang berarti bangun, bangkit.
Pelaksanaan Korswa tahun ini berpusat pada pengembangan talenta mahasiswa.
Bentuk-bentuk kegiatan mahasiswa itu sudah terbilang banyak, tetapi pertanyaan
refleksi yang perlu dijawab apakah tujuan event-event demikian
sudah efektif? Atau Korswa adalah lomba tahunan yang bersifat persaingan
sementara?. Saya rasa tidak, karena Korswa mempunyai tujuan yang lebih
berharga, penting dan kegunaannya pun banyak. Korswa memiliki nilai-nilai
seperti persahabatan, uji mental dan pengembangan bakat. Setiap perlombaan
memiliki tujuan dan fungsi masing-masing serta mempunyai makna teologis
tersendiri dan disadari atau tidak Korswa berpengaruh terhadap kehidupan
sehari-hari mahasiswa.
Menurut
saya fokus pembicaraan bakat dan minat STT HKBP Pematangsiantar bukan hanya
pada saat pelaksanaan Korswa, tetapi bagaimana semua pihak dalam hal ini dosen
dan mahasiswa bekerja sama dalam menggali potensi tersebut untuk dikembangkan
dalam kehidupan sehari-hari. Di luar kegiatan formal perkuliahan ada baiknya
kita melihat beberapa fenomena mahasiswa STT HKBP Pematangsiantar dalam
mengembangkan bakat mereka. Beberapa orang mahasiswa yang mempunyai bakat
menyanyi telah bergabung dalam Paduan Suara Mahasiswa (PSM) dan sebagian lagi
masuk ke PS Euangelion. Hal ini perlu diapresiasi karena mahasiswa telah berani
mengembangkan dirinya. Meskipun mahasiswa harus tinggal di asrama, bukan
berarti karya mereka tidak bisa berkembang di luar. Karena tantangan masa depan
semakin rumit, para mahasiswa juga ditantang untuk bisa melayani di luar,
tetapi dengan syarat mahasiswa harus mampu mengutamakan perkuliahan dan belajar
teologi, serta mempersiapkan diri sebelum menjadi pelayan.
Selain itu beberapa
mahasiswa membuat kerajinan tangan dan menjualnya dengan usaha sendiri.
Contohnya beberapa mahasiswa ikut membuat bunga pada saat acara wisuda,
gantungan kunci, gelas hias, hiasan lampu, kolam ikan dan usaha-usaha lain yang
bernilai seni dan ekonomis. Tidak hanya itu di bidang kepribadian, pada masa
kini manusia sudah dibantu dengan teknologi. Salah satunya fungsi facebook untuk
mahasiwa, mahasiswa/i sangat sering mengutarakan emosi, pengalaman, refleksi
mereka yang berhubungan dengan teologi, filsafat, renungan, khotbah, kritik,
sindiran, dll. Sehingga saya melihat ini adalah salah satu peluang yang baik
untuk membuat suatu komunitas diskusi atau forum-forum diskusi bagi mereka yang
berminat dan memiliki hobi yang sama. Bentuk aplikasi dari kegiatan ini antara
lain membentuk suatu ‘pondok diskusi’ lalu mengangkat dan membedah suatu tema
yang akan didiskusikan bersama secara non formal, santai tetapi serius, apalagi
ditambah dengan kue-kue ringan atau teh hangat untuk menambah semangat.
Apalagi mahasiswa/i
STT tinggal di asrama, sehingga memudahkan mereka untuk berkumpul. Tujuan
lainnya adalah disitulah mahasiswa nantinya belajar berdiskusi, belajar
berpendapat, dan belajar berdebat. Dengan kata lain mereka tidak hanya
‘jago-jago’ dalam facebook. Meskipun pelaksanaan konsep ini tidak
sulit, tetapi ada sedikit tantangan bagi mahasiwa itu karena sebagian mahasiswa
untuk hadir dalam perkuliahan dan mengerjakan tugas-tugas saja belum tentu
maksimal apalagi untuk mengikuti organisasi-organisasi pasti akan menambah
kesibukan mahasiswa.
STT
HKBP sudah mempunyai majalah-majalah, buku-buku yang dibuat oleh para dosen
yaitu Jurnal Teologi Vocatio Dei dan L-SAPA. Tetapi salah satu konsep yang
sangat bagus adalah pembuatan majalah kampus (contohnya, majalah mahasiswa atau
majalah barak) yang memuat aspirasi-aspirasi mahasiswa secara permanen
(menetap) dan berkesinambungan karena yang terjadi adalah mahasiswa membuat
tulisan-tulisan atau artikel hanya pada saat perlombaan. Pada hal peluang untuk
membuat majalah mahasiswa itu ada karena mahasiswa/i STT HKBP terbilang sudah
terbiasa dengan latihan-latihan yang diberikan oleh bapak ibu dosen. Tidak ada
salahnya apabila masalah-masalah yang diangkat adalah pelajaran yang sudah di
bahas di kelas. Karena dengan demikian berarti mahasiswa/i itu sudah menggumuli
apa yang sudah dipelajarinya. Terlepas dari isi dan kualitas yang sudah baik,
setidaknya mahasiswa bisa belajar menulis lewat majalah kampus. Tentunya hal
ini sangat cocok dengan motto dan prinsip kampus ini yaitu Pengajaran,
Penelitian, dan Pengabdian.
Baru-baru ini di STT
HKBP, beberapa mahasiswa juga berminat dalam mengembangkan kecintaan mereka
terhadap alam yang mereka perlihatkan lewat pembentukan Mateopala (Mahasiswa
Teologi Pecinta Alam). Hal ini merupakan sesuatu yang penting karena teologi
juga turut bertanggungjawab dan memperhatikan lingkungan hidup (ekologi). Namun
sampai saat ini belum ada kepastian dari eksistensi dan kegiatan organisasi itu
tersebut, mungkin mereka harus terlebih dahulu mendapat izin dan dukungan dari
Perguruan Tinggi. Tetapi perlu dipertimbangkan untuk menunjukkan kecintaan
terhadap alam itu bisa terlihat dalam kehidupan sehari-hari dan tidak harus
membuat program yang besar tetapi tidak dapat diaktualisasikan. Seorang pecinta
lingkungan yang sejati harus mulai dari hal-hal yang kecil, misalnya tidak
membuang sampah sembarangan, dll.
STT
HKBP bisa berbangga karena memiliki banyak mahasiswa yang memiliki
talenta-talenta. Talenta itu merupakan anugerah Tuhan. Talenta juga bisa
mengarahkan kehidupan seseorang, misalnya jika mahasiswa pada saat kuliah
memainkan alat-alat musik maka ada kemungkinan dia akan menjadi pendeta yang
berfokus pada musik seperti memainkan organ, trompet, saksofon, biola,
seruling, harmonika, dan sebagainya. Jika mahasiswa pada saat kuliah sangat
serius dalam perkuliahan dan selalu berpikiran akademis maka kemungkinan dia
akan menjadi dosen. Ada juga mahasiswa yang sangat aktif di gereja, sewaktu
kuliah mereka sudah melayani seperti mengajar anak sekolah minggu, mengiringi
musik di gereja, mengajar remaja yang akan naik sidi, mengajar koor, dll maka
kemungkinan dia akan menjadi pendeta yang kreatif. Sebagian mahasiswa sangat
rapi dan cekatan dalam administrasi, maka mereka berpeluang bekerja di staf
tata administrasi. Ada mahasiswa yang sangat suka untuk berjualan sehingga
mereka perlu diarahkan dalam tata usaha. Mungkin ada mahasiswa yang suka
ribut-ribut tetapi bisa saja mereka nantinya adalah orator-orator yang hebat
atau mereka akan menjadi aktivis dan pejuang sosial. Ada tipe mahasiswa yang
sangat suka berorganisasi dan sibuk untuk kegiatan di luar kampus dan selalu
menunjukkan mobilitas yang tinggi, dll.
Namun
hal-hal di atas bukan mutlak akan terjadi karena itu bisa berubah karena
psikologi, lingkungan dan situasi tertentu. Ini sesuai dengan bahasa teologis
yang mengatakan manusialah yang berencana tetapi Tuhan yang berkehendak.
Menurut saya tidak ada yang salah dengan apa yang disukai dan dilakukan oleh
mahasiswa karena itu adalah bagian dari pelayanan dan sangat penting untuk
menambah wawasan dan pengalaman para mahasiswa. Tujuan, sasaran, dan target
dari mahasiswa itu sendiri haruslah jelas oleh karena itulah mahasiswa/i harus
mempunyai pedoman. Memang motivasi, proses dan hasil akhir dari setiap
mahasiswa pasti akan berbeda. Ada mahasiswa yang berorientasi untuk mendapatkan
nilai yang tinggi-tinggi tetapi mereka lupa mengembangkan bakat mereka.
Sebaliknya ada mahasiswa yang berfokus kepada bakat-bakat mereka tetapi
perkuliahannya terlantar. Namun satu hal yang harus dipegang adalah jangan
sampai ada mahasiswa yang lari dari teologi.
Terkadang ada suatu
dilema dan ambiguitas dalam hati dan pikiran mahasiswa yaitu manakah yang harus
diutamakan hobi mereka atau perkuliahan. Dalam hal ini semuanya penting dan
tidak ada istilah nomor dua. Kedua potensi mahasiswa itu harus seimbang dan
ideal. Karena sesungguhnya belajar bukan hanya membuat orang untuk menjadi
pintar, belajar bukan hanya untuk menghafal banyak teori, tetapi belajar juga
bertujuan untuk mengembangkan pikiran, membuat inovasi, melakukan sesuatu
pembaharuan untuk kehidupan yang lebih baik, membentuk karakter, mental dan
moral yang baik, dan tujuan yang sangat penting adalah spritualitas yang sehat
yaitu percaya dan taat kepada Allah.