08 Juni 2013

Ajaran Keselamatan (Soteriologi) Menurut Yeftalius Situmeang

















Soteriologi Menurut Yeftalius Situmeang
            Apa yang dicari manusia atau pun orang dalam beragama, sebagian alasan menyebutkan mencari keselamatan. Sehingga keselamatan menjadi ajaran yang penting dalam agama dan manusia dan inilah yang dibahas dalam soteriologi. Soteriologi berasal dari bahasa Yunani yaitu kata soterion yang artinya keselamatan. Soterion berasal dari dua kata yaitu: soter dan logia. Soter adalah penyelamat dan Logia adalah perkataan. Jadi secara etimologi, soteriologi adalah ajaran tentang keselamatan manusia.[1]
Pemahaman terhadap keselamatan tentunya sangat beranekaragam. Dari sekian banyak ajaran tentang keselamatan terdapat banyak perbedaan kriteria-kriteria dan pedoman ajaran keselamatan tersebut. Oleh karena itu terlebih dahulu saya melihat kata-kata kunci yang mewakili sebagian konsep-konsep dan persepsi tentang keselamatan. Membicarakan keselamatan menyangkut hal-hal yang sangat mendasar dan pertanyaan sistematik seperti berikut:
1.      Keselamatan dalam hal apakah yang dibicarakan?
2.      Apa yang akan diselamatkan?
3.      Siapa yang akan menyelamatkan?
4.      Bagaimana wujud keselamatan yang dimaksud?
5.      Bagaimana cara mendapatkan keselamatan itu?
6.      Keselamatan dari sudut pandang mana?
 
Sebelum masuk ke dalam keselamatan menurut dogma Kristen ada baiknya ada perbandingan keselamatan dari sudut pandang yang lain. Dalam hal ini keselamatan yang dimaksud adalah kepercayaan yang dianut manusia dimana ada keselamatan yang diterima setelah mengalami kematian dari dunia ini. Keselamatan ini tidak dapat dijelaskan secara universal dan tidak boleh dipaksakan supaya seragam. Mengapa pemahaman tentang keselamatan itu tidak pernah sama?. Alasan dan faktanya adalah terjadinya penafsiran yang berbeda-beda tentang keselamatan. Dalam persamaan agama monoteisme yang besar, agama-agama seperti Kristen, Islam, dan Yahudi tentunya tidak mau dan tidak bisa dipersatukan dalam ajaran keselamatan yang sama. Dalam persamaan sebagai orang Kristen, juga banyak aliran-aliran gereja, dan aliran-aliran itu mempunyai pemahaman yang berbeda-beda antara satu sama lain. Bahkan dalam keyakinan terhadap keselamatan bagi setiap manusia pun mungkin berbeda. Di luar agama juga tidak bisa dipungkiri bahwa pemahaman keselamatan bisa dipengaruhi oleh kebudayaan. Dari situ kita melihat bahwa keselamatan itu sangat luas. Meskipun banyak pemahaman keselamatan secara oikumenis namun di dalamnya pasti dan selalu ada perbedaan.

Pendapat secara umum tentang keselamatan adalah mengenai surgawi.Membicarakan keselamatan adalah membicarakan segi-segi kehidupan manusia yaang tidak terlepas dari kehidupan masa kini dan kehidupan yang akan datang. Istilah keselamatan ini dapat saja berbeda bagi tiap personal manusia jika ditinjau secara pribadi karena masing-masing akan berbeda karena faktor agama, pengetahuan, kehidupan sehari-hari, dan budaya.
Agama-agama juga termasuk model keselamatan karena tidak ada agama yang tidak mengajarkan keselamatan. Jika bisa diandaikan bahwa di dalam jiwa manusia, kita sebagai manusia sangat menginginkan adanya keselamatan karena kita menyadari manusia selalu berada dalam situasi berbahaya secara rohani atau terkutuk yang membutuhkan keselamatan. Oleh karena itulah agama-agama ini menawarkan keselamatan, baik dalam arti keselamatan masa kini dan keselamatan masa depan. Hal ini nampaknya seperti sebuah ilusi agama, namun tidak dapat dibohongi salah satu hakekat manusia adalah membutuhkan keselamatan. Bahkan lebih radikal lagi dari dahulu hingga sekarang dan yang akan datang selalu ada yang memahami keselamatan dengan sisi lain seperti berfilsafat, namun itu tidak dibahas di sini.
Tetapi bagi dogma Kristen secara mendasar keselamatan tidak terlepas dari Trinitas, kristologi, eskatologi dan ekklesiologi. Membicarakan soteriologi pastinya akan mengarah kepada teologi salib. Ada 5 pokok soteriologi dalam salib yaitu:
1.      Pengukuhan kembali Imago Dei (citra Allah di dalam manusia),
2.      Inisiatif Allah sendiri dalam penyelamatan,
3.      Darah dan tubuh Yesus Kristus,
4.      Pengharapan/eskatologi,
5.      Hidup kekal.
Mengapa manusia itu diselamatkan oleh Allah pada hal manusia itu yang berdosa dan melanggar perintahNya? Karena di dalam diri manusia ada cita Allah (imago dei). Manusia adalah ciptaan Allah sehingga Dia mengasihinya meskipun manusia itu tidak layak. Berangkat dari pemikiran teologis itu, sejak kejatuhan manusia jatuh ke dalam dosa, manusia baik sebagai perseorangan maupun memerlukan pertolongan, yaitu keselamatan. Ketika manusia jatuh ke dalam dosa Ia berada dalam situasi yang sangat berbahaya. Dosa telah membuat manusia tidak layak. Manusia sendiri tidak akan dapat menyelamatkan dirinya selain Allah sendiri yang harus mengambil prakarsa/inisiatif. Allah memberikan keselamatan adalah melalui Tuhan Yesus Kristus (Yoh 3:16).
Bagaimana kita yakin bahwa keselamatan itu sudah ada sejak semula? Karya Tuhan Allah sebagai penyelamat umat-Nya ini dapat dilihat dari dua segi atau aspek, yaitu: karya-Nya di dalam Tuhan Yesus Kristus untuk memperbaiki hubungan Tuhan Allah dengan manusia yang telah dirusak oleh dosa itu, dan karya-Nya yang dengan perantaraan Roh Kudus untuk menjadikan keselamatan yang telah diperoleh Kristus tadi benar-benar menjadi dimiliki manusia, dengan kata lain Roh Kudus terus bekerja untuk memperbaharui manusia. Yesus Kristus telah menjadi juru selamat yang menyelamatkan seluruh umat manusia dan ajaran ini akan selalu aktual.
            Berkat Keselamatan yang diberikan Yesus adalah pasti. Di sini kita akan menjawab pertanyaan “Sudah Selamat Atau Masih menantikan Keselamatan?”. Perjanjian Baru menyaksikan bahwa kenyataan dari karya besar keselamatan telah selesai dilaksanakan di dalam kematian dan kebangkitan Yesus (Kristologi), dan penyempurnaan Akhir akan dinyatakan pada kedatangan Kristus kembali (Eskatologi). Setelah Yesus bangkit dan sebelum Yesus datang kembali maka di dalamnya ada proses dalam gereja sebagaipersekutuan (Ekklesiologi). Sehingga sempurnalah sudah konsep soteriologi karena Yesus Kristus. Keselamatan dari Allah telah diwujudkan dalam sejarah kehidupan, dan bagi orang yang percaya keselamatan akan dinyatakan pada hari terakhir. Penghakiman dan keselamatan yang akan dinyatakan oleh kebenaran itu pada masa terlahir sebenarnya sudah diterima dalam kehidupan, kematian dan kebangkitan Yesus. Itu sebabnya setiap orang yang percaya pada Kristus dibenarkan oleh Allah.[2]
Dalam konfessi HKBP yang saya kutip dan diambil seperlunya, keselamatan adalah karya Allah, yaitu kelepasan dari dosa, dari kuasa iblis dan maut, dan dari aneka ragam kuasa yang bertentangan dengan firman Allah. Keselamatan dilaksanakan dengan penebusan Yesus Kristus melalui peristiwa kematian dan kebangkitanNya. Dan jalan untuk menerima keselamatan itu adalah melalui iman yang dilahirkan oleh Roh Kudus dan iman itulah yang diperhitungkan Allah sebagai kebenaran manusia. Keselamatan adalah kemuliaan Allah dan kebahagiaan manusia. Allah melepaskan orang percaya dari aneka ragam bahaya baik dalam kehidupan jasmani maupun rohani, baik perorangan maupun kelompok.[3] Wujud dari keselamatan itu adalah kehidupan kudus yang menghasilkan buah-buah Roh (1 Yoh. 3; 16; 2; 2 Kor. 8: 9; Kis. Rasul 4:12; Gal. 5: 22). Dengan ajaran ini menyatakan bahwa hanya Yesus Kristus lah yang empunya orang yang diselamatkanNya. Dan kuasa di luar Kristus tidak dapat melakukannya, dan ditegaskan lagi bahwa manusia sendiri tidak dapat mencari keselamatan selain dari anugerah Allah.
Dari beberapa pertimbangan tersebut refleksi yang timbul tentang keselamatan adalah: Manusia tidak akan selamat dengan usahanya sendiri mengingat bahwa manusia adalah mahluk yang tidak luput dari dosa. Oleh karena itu saya mengikuti dan memahami keselamatan adalah anugerah dari Allah. Manusia tidak boleh membatasi keselamatan yang diberikan Allah. Manusia bisa saja menerima keselamatan tanpa disadari. Pernyataan keselamatan yang diberikan Allah kepada manusia mungkin saja berbeda-beda. Contoh jika dalam Kristen, manusia diselamatkan karena Yesus Kristus, jika dalam Islam mereka menerima anugerah melalui Muhammad, jika dalam Budha mereka menerima anugerah karena Sidharta Gautama, dll. Dari situ saya berpendapat ‘anugerah’ yang diberikan kepada kita itulah yang kita terima. Dan tidak perlu tergugah meskipun ada dalam lingkungan yang plural dalam ajaran keselamatan.
Berbicara tentang anugerah, Yesus sendiri mengajarkan bahwa pembenaran manusia (orang berdosa) hanya karena kebenaran Allah sendiri. Pembenaran manusia itu bahkan dianugerahkan secara cuma-cuma, bukan karena kebaikan manusia atau jasa perbuatan yang telah dilakukan. Namun bukan berarti manusia bebas untuk melakukan dosa, manusia harus tetap aktif dengan anugerah yang diberikan itu dan itu terjadi dengan pertolongan Roh Kudus.
            Pada hakekatnya manusia tidak terlepas dari dosa karena manusia telah jatuh ke dalam dosa. Lalu pantaskah manusia menerima keselamatan? Semua manusia (orang berdosa) dianugerahkan iman yaitu percaya kepada Kristus yang telah menebus dosadengan kematian dan kebangkitan-Nya. Di situ kita dapat melihat konsep Sola Gratia danSola Fide. Keselamatan ini tentunya mempunyai landasan Alkitabiah dan dapat dilihat secara mudah di dalam Perjanjian Baru (Sola Scriptura). Allah sendiri yang memberikan keselamatan, mengampuni dosa-dosa manusia melalui Kristus yang sudah membuat perdamaian melalui darah pada waktu ia disalibkan dan oleh karena karunia Roh yang memampukan manusia berjalan dalam kehidupan yang baru dan terang sehingga keselamatan digenapi.
Nama              : Yeftalius Situmeang
NIM                : 10. 2520
Kampus           : STT HKBP PEMATANGSIANTAR
M. Kuliah       : Dogmatika I
Dosen              : Pdt. Dr. P. Sitanggang















Kepustakaan
Henk ten Napel,
2011                  Kamus Teologi Inggris-Indonesia, BPK Gunung Mulia, Jakarta, cet. ke-11.. 295.
Kantor Pusat HKBP Pearaja Tarutung (Penerbit),
2009                  Panindangion Haporseaon, Pengakuan Iman HKBP, The Confession Of Faith Of The HKBP: Tahun 1951 dan Tahun 1952 dalam Bahasa Batak, Indonesia dan Inggris, Pematang Siantar, (Percetakan HKBP).
Richardson, Alan.
1972                An Introduction To The Theology Of The New Testament,London, (SCM Press LTD).



[1] Lih. Henk ten Napel, Kamus Teologi Inggris-Indonesia, BPK Gunung Mulia, Jakarta 2011, cet. ke-11: hlm. 295.
[2] Lih. Alan Richardson, An Introduction To The Theology Of The New Testament, SCM Press LTD,London 1972: hlm. 80 dan 82.
[3] Lih. Kantor Pusat HKBP Pearaja Tarutung (Penerbit), Panindangion Haporseaon, Pengakuan Iman HKBP, The Confession Of Faith Of The HKBP: Tahun 1951 dan Tahun 1952 dalam Bahasa Batak, Indonesia dan Inggris, Percetakan HKBP, Pematang Siantar 2009: hlm. 132-134.