Soteriologi Menurut Yeftalius
Situmeang
Apa yang dicari manusia atau pun orang dalam beragama, sebagian alasan
menyebutkan mencari keselamatan. Sehingga keselamatan menjadi ajaran yang
penting dalam agama dan manusia dan inilah yang dibahas dalam soteriologi.
Soteriologi berasal dari bahasa Yunani yaitu kata soterion yang
artinya keselamatan. Soterion berasal dari dua kata yaitu: soter dan logia.
Soter adalah penyelamat dan Logia adalah perkataan. Jadi secara etimologi,
soteriologi adalah ajaran tentang keselamatan manusia.[1]
Pemahaman terhadap keselamatan
tentunya sangat beranekaragam. Dari sekian banyak ajaran tentang keselamatan
terdapat banyak perbedaan kriteria-kriteria dan pedoman ajaran keselamatan
tersebut. Oleh karena itu terlebih dahulu saya melihat kata-kata kunci yang
mewakili sebagian konsep-konsep dan persepsi tentang keselamatan. Membicarakan
keselamatan menyangkut hal-hal yang sangat mendasar dan pertanyaan sistematik
seperti berikut:
1. Keselamatan
dalam hal apakah yang dibicarakan?
2. Apa
yang akan diselamatkan?
3. Siapa
yang akan menyelamatkan?
4. Bagaimana
wujud keselamatan yang dimaksud?
5. Bagaimana
cara mendapatkan keselamatan itu?
6. Keselamatan
dari sudut pandang mana?
Sebelum masuk ke dalam keselamatan
menurut dogma Kristen ada baiknya ada perbandingan keselamatan dari sudut
pandang yang lain. Dalam hal ini keselamatan yang dimaksud adalah kepercayaan
yang dianut manusia dimana ada keselamatan yang diterima setelah mengalami
kematian dari dunia ini. Keselamatan ini tidak dapat dijelaskan secara
universal dan tidak boleh dipaksakan supaya seragam. Mengapa pemahaman tentang
keselamatan itu tidak pernah sama?. Alasan dan faktanya adalah terjadinya
penafsiran yang berbeda-beda tentang keselamatan. Dalam persamaan agama
monoteisme yang besar, agama-agama seperti Kristen, Islam, dan Yahudi tentunya
tidak mau dan tidak bisa dipersatukan dalam ajaran keselamatan yang sama. Dalam
persamaan sebagai orang Kristen, juga banyak aliran-aliran gereja, dan
aliran-aliran itu mempunyai pemahaman yang berbeda-beda antara satu sama lain.
Bahkan dalam keyakinan terhadap keselamatan bagi setiap manusia pun mungkin
berbeda. Di luar agama juga tidak bisa dipungkiri bahwa pemahaman keselamatan
bisa dipengaruhi oleh kebudayaan. Dari situ kita melihat bahwa keselamatan itu
sangat luas. Meskipun banyak pemahaman keselamatan secara oikumenis namun di
dalamnya pasti dan selalu ada perbedaan.
Pendapat secara umum tentang
keselamatan adalah mengenai surgawi.Membicarakan keselamatan adalah
membicarakan segi-segi kehidupan manusia yaang tidak terlepas dari kehidupan
masa kini dan kehidupan yang akan datang. Istilah keselamatan ini dapat saja
berbeda bagi tiap personal manusia jika ditinjau secara pribadi karena
masing-masing akan berbeda karena faktor agama, pengetahuan, kehidupan
sehari-hari, dan budaya.
Agama-agama juga termasuk model
keselamatan karena tidak ada agama yang tidak mengajarkan keselamatan. Jika
bisa diandaikan bahwa di dalam jiwa manusia, kita sebagai manusia sangat
menginginkan adanya keselamatan karena kita menyadari manusia selalu berada
dalam situasi berbahaya secara rohani atau terkutuk yang membutuhkan
keselamatan. Oleh karena itulah agama-agama ini menawarkan keselamatan, baik
dalam arti keselamatan masa kini dan keselamatan masa depan. Hal ini nampaknya
seperti sebuah ilusi agama, namun tidak dapat dibohongi salah satu hakekat
manusia adalah membutuhkan keselamatan. Bahkan lebih radikal lagi dari dahulu
hingga sekarang dan yang akan datang selalu ada yang memahami keselamatan
dengan sisi lain seperti berfilsafat, namun itu tidak dibahas di sini.
Tetapi bagi dogma Kristen secara
mendasar keselamatan tidak terlepas dari Trinitas, kristologi, eskatologi dan
ekklesiologi. Membicarakan soteriologi pastinya akan mengarah kepada teologi
salib. Ada 5 pokok soteriologi dalam salib yaitu:
1. Pengukuhan kembali Imago Dei (citra
Allah di dalam manusia),
2. Inisiatif Allah sendiri dalam
penyelamatan,
3. Darah dan tubuh Yesus Kristus,
4. Pengharapan/eskatologi,
5. Hidup kekal.
Mengapa manusia itu diselamatkan
oleh Allah pada hal manusia itu yang berdosa dan melanggar perintahNya? Karena
di dalam diri manusia ada cita Allah (imago dei). Manusia adalah ciptaan Allah
sehingga Dia mengasihinya meskipun manusia itu tidak layak. Berangkat dari pemikiran
teologis itu, sejak kejatuhan manusia jatuh ke dalam dosa, manusia baik sebagai
perseorangan maupun memerlukan pertolongan, yaitu keselamatan. Ketika manusia
jatuh ke dalam dosa Ia berada dalam situasi yang sangat berbahaya. Dosa telah
membuat manusia tidak layak. Manusia sendiri tidak akan dapat menyelamatkan
dirinya selain Allah sendiri yang harus mengambil prakarsa/inisiatif. Allah
memberikan keselamatan adalah melalui Tuhan Yesus Kristus (Yoh 3:16).
Bagaimana kita yakin bahwa
keselamatan itu sudah ada sejak semula? Karya Tuhan Allah sebagai penyelamat
umat-Nya ini dapat dilihat dari dua segi atau aspek, yaitu: karya-Nya di dalam
Tuhan Yesus Kristus untuk memperbaiki hubungan Tuhan Allah dengan manusia yang
telah dirusak oleh dosa itu, dan karya-Nya yang dengan perantaraan Roh Kudus
untuk menjadikan keselamatan yang telah diperoleh Kristus tadi benar-benar
menjadi dimiliki manusia, dengan kata lain Roh Kudus terus bekerja untuk
memperbaharui manusia. Yesus Kristus telah menjadi juru selamat yang menyelamatkan
seluruh umat manusia dan ajaran ini akan selalu aktual.
Berkat Keselamatan yang diberikan Yesus adalah pasti. Di sini kita akan
menjawab pertanyaan “Sudah Selamat Atau Masih menantikan
Keselamatan?”. Perjanjian Baru menyaksikan bahwa kenyataan dari karya
besar keselamatan telah selesai dilaksanakan di dalam kematian dan kebangkitan
Yesus (Kristologi), dan penyempurnaan Akhir akan dinyatakan pada
kedatangan Kristus kembali (Eskatologi). Setelah Yesus bangkit
dan sebelum Yesus datang kembali maka di dalamnya ada proses
dalam gereja sebagaipersekutuan (Ekklesiologi). Sehingga
sempurnalah sudah konsep soteriologi karena Yesus Kristus. Keselamatan
dari Allah telah diwujudkan dalam sejarah kehidupan, dan bagi orang yang
percaya keselamatan akan dinyatakan pada hari terakhir. Penghakiman
dan keselamatan yang akan dinyatakan oleh kebenaran itu pada masa terlahir
sebenarnya sudah diterima dalam kehidupan, kematian dan kebangkitan Yesus. Itu
sebabnya setiap orang yang percaya pada Kristus dibenarkan oleh Allah.[2]
Dalam konfessi HKBP yang saya kutip
dan diambil seperlunya, keselamatan adalah karya Allah, yaitu kelepasan dari
dosa, dari kuasa iblis dan maut, dan dari aneka ragam kuasa yang bertentangan
dengan firman Allah. Keselamatan dilaksanakan dengan penebusan Yesus Kristus
melalui peristiwa kematian dan kebangkitanNya. Dan jalan untuk menerima keselamatan
itu adalah melalui iman yang dilahirkan oleh Roh Kudus dan iman itulah yang
diperhitungkan Allah sebagai kebenaran manusia. Keselamatan adalah kemuliaan
Allah dan kebahagiaan manusia. Allah melepaskan orang percaya dari aneka ragam
bahaya baik dalam kehidupan jasmani maupun rohani, baik perorangan maupun
kelompok.[3] Wujud dari keselamatan itu adalah kehidupan
kudus yang menghasilkan buah-buah Roh (1 Yoh. 3; 16; 2; 2 Kor. 8: 9; Kis. Rasul
4:12; Gal. 5: 22). Dengan ajaran ini menyatakan bahwa hanya Yesus Kristus lah
yang empunya orang yang diselamatkanNya. Dan kuasa di luar Kristus tidak dapat
melakukannya, dan ditegaskan lagi bahwa manusia sendiri tidak dapat mencari
keselamatan selain dari anugerah Allah.
Dari beberapa pertimbangan tersebut
refleksi yang timbul tentang keselamatan adalah: Manusia tidak akan selamat
dengan usahanya sendiri mengingat bahwa manusia adalah mahluk yang tidak luput
dari dosa. Oleh karena itu saya mengikuti dan memahami keselamatan adalah
anugerah dari Allah. Manusia tidak boleh membatasi keselamatan yang diberikan
Allah. Manusia bisa saja menerima keselamatan tanpa disadari. Pernyataan
keselamatan yang diberikan Allah kepada manusia mungkin saja berbeda-beda.
Contoh jika dalam Kristen, manusia diselamatkan karena Yesus Kristus, jika
dalam Islam mereka menerima anugerah melalui Muhammad, jika dalam Budha mereka
menerima anugerah karena Sidharta Gautama, dll. Dari situ saya berpendapat
‘anugerah’ yang diberikan kepada kita itulah yang kita terima. Dan tidak perlu
tergugah meskipun ada dalam lingkungan yang plural dalam ajaran keselamatan.
Berbicara tentang
anugerah, Yesus sendiri mengajarkan bahwa pembenaran manusia (orang
berdosa) hanya karena kebenaran Allah sendiri. Pembenaran manusia itu bahkan
dianugerahkan secara cuma-cuma, bukan karena kebaikan manusia atau jasa
perbuatan yang telah dilakukan. Namun bukan berarti manusia bebas untuk
melakukan dosa, manusia harus tetap aktif dengan anugerah yang diberikan itu
dan itu terjadi dengan pertolongan Roh Kudus.
Pada
hakekatnya manusia tidak terlepas dari dosa karena manusia telah jatuh ke dalam
dosa. Lalu pantaskah manusia menerima keselamatan? Semua manusia (orang
berdosa) dianugerahkan iman yaitu percaya kepada Kristus yang telah
menebus dosadengan kematian dan kebangkitan-Nya. Di situ kita dapat
melihat konsep Sola Gratia danSola Fide. Keselamatan
ini tentunya mempunyai landasan Alkitabiah dan dapat dilihat secara mudah di
dalam Perjanjian Baru (Sola Scriptura). Allah sendiri
yang memberikan keselamatan, mengampuni dosa-dosa manusia melalui Kristus
yang sudah membuat perdamaian melalui darah pada waktu ia disalibkan dan oleh
karena karunia Roh yang memampukan manusia berjalan dalam kehidupan yang baru
dan terang sehingga keselamatan digenapi.
Nama
: Yeftalius Situmeang
NIM
: 10. 2520
Kampus
: STT HKBP PEMATANGSIANTAR
M.
Kuliah : Dogmatika I
Dosen
: Pdt. Dr. P. Sitanggang
Kepustakaan
Henk ten Napel,
2011 Kamus
Teologi Inggris-Indonesia, BPK Gunung Mulia, Jakarta, cet. ke-11..
295.
Kantor Pusat HKBP Pearaja Tarutung (Penerbit),
2009 Panindangion
Haporseaon, Pengakuan Iman HKBP, The Confession Of Faith Of The
HKBP: Tahun 1951 dan Tahun 1952 dalam Bahasa Batak, Indonesia dan
Inggris, Pematang Siantar, (Percetakan HKBP).
Richardson, Alan.
1972 An
Introduction To The Theology Of The New Testament,London, (SCM
Press LTD).
[1] Lih. Henk ten Napel, Kamus Teologi Inggris-Indonesia, BPK Gunung Mulia, Jakarta 2011, cet.
ke-11: hlm. 295.
[2] Lih. Alan Richardson, An Introduction To The Theology Of The New
Testament, SCM Press LTD,London 1972: hlm. 80 dan 82.
[3] Lih. Kantor Pusat HKBP Pearaja Tarutung (Penerbit), Panindangion Haporseaon, Pengakuan
Iman HKBP, The Confession Of Faith Of The HKBP: Tahun 1951 dan
Tahun 1952 dalam Bahasa Batak, Indonesia dan Inggris, Percetakan HKBP, Pematang Siantar
2009: hlm. 132-134.